REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menyebutkan, Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI017 masih akan memikat banyak investor. Prediksi ini disampaikan Pulungan meskipun besaran kupon 6,4 persen yang ditawarkan lebih rendah dibandingkan seri terakhir (ORI016), yakni 6,8 persen.
Pulungan mengatakan, besaran imbal hasil yang ditawarkan pemerintah masih relatif menarik mengingat belum ada instrumen lain yang berani menetapkan kupon dengan nilai serupa. Apabila dibandingkan negara lain pun, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia relatif tinggi.
"Negara-negara lain ratenya satu sampai dua persen," katanya ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (12/6).
Karakteristik ORI yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah dua bulan holding period juga disebutkan Pulungan menambah daya tarik bagi investor. Sebab, apabila mereka memiliki kebutuhan mendesak dan tiba-tiba, instrumen tersebut dapat dijual dengan tetap mendapatkan keuntungan.
Hanya saja, Pulungan menekankan, ORI017 maupun instrumen SUN lainnya akan menjadi beban bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke depan. Pemerintah harus membayar dengan suku bunga yang tidak kecil.
Pulungan mencatat, porsi cicilan bunga utang pemerintah kini sudah mencapai dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). "Sekitar 20 persen terhadap pendapatan negara. Itu tinggi," tuturnya.
Untuk saat ini, Pulungan mengakui, memang tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan APBN tanpa menambah SUN. Ia bahkan menggambarkan pemerintah kini sudah ‘terjebak’ dalam skema tersebut.
Salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ini adalah meningkatkan setoran pajak melalui perluasan basis Wajib Pajak (WP). Penerimaan pajak diharapkan mampu menambal kebutuhan bunga-bunga utang yang harus dilunasi pemerintah.
Di sisi lain, Pulungan menambahkan, refocusing dan realokasi anggaran harus terus dilakukan dengan skala prioritas yang sudah ditetapkan. "Penghematan harus dilakukan," katanya.
Pemerintah resmi menawarkan ORI017 secara online (e-SBN) ke investor pada Senin (15/6) pukul 09.00 WIB hingga Kamis (9/7) pukul 10.00 WIB. Investor dapat membeli ORI017 dengan minimum pemesanan Rp 1 juta hingga maksimum Rp 3 miliar.
Hasil penjualan ditetapkan pada Senin (13/7) dengan pembayaran kupon dilakukan tanggal 15 setiap bulan. Pembayaran kupon pertama kali dilakukan pada 15 Agustus.
Holding period atau masa di mana investor ORI017 belum boleh memindahbukukan kepemilikan ORI-nya yang ditetapkan adalah dua periode pembayaran kupon. Artinya, investor baru dapat melakukannya mulai 15 September.