Senin 15 Jun 2020 04:35 WIB

Tiga Orang yang Dicintai Allah SWT

Tiga kualitas kebaikan ini, jika memilikinya akan dijamin mendapat cinta.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Tiga Orang yang Dicintai Allah SWT. Ilustrasi
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tiga Orang yang Dicintai Allah SWT. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mufti Ismail Menk yang berasal dari Zimbabwe menjelaskan ciri tiga orang yang dicintai oleh Allah SWT. Dilansir di About Islam, menurut Mufti Menk, jika ingin mendapatkan cinta Allah maka sebagai umat Islam perlu memastikan Dia menemukan umat-Nya di tempat yang Dia cintai.

Ada tiga kualitas kebaikan yang Allah cintai di dalam diri manusia, jika memilikinya akan dijamin mendapat cinta-Nya. Dalam Alquran Surah Al Imran ayat 134 disebutkan, yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Baca Juga

Menafkahkan harta di waktu lapang dan sempit

Mereka yang menghabiskan kekayaannya pada saat-saat yang mudah dan saat yang sulit, mereka tidak takut kemiskinan, mereka terus belanjakan hartanya di jalan Allah. Allah menyebut mereka penuh kebaikan.

Menahan marah

Mereka yang ketika mereka memiliki amarah, lalu mereka sangat marah dan menjadi sangat marah tetapi kemudian mereka menelan dan memadamkan amarah itu. Mereka benar-benar menelan kemarahannya dan mereka memastikan tidak akan meluapkan amarahnya. Allah berfirman mereka adalah orang-orang yang sangat baik. Dia mencintai mereka.

Jadi, jika Anda ingin mendapatkan cinta dari Allah maka ketika marah, telanlah kemarahan itu demi Allah. Dia akan mencintai kita sebagai balasannya. Kita akan melihat rahmat sebelum hari berakhir.

Memaafkan orang lain

Allah mencintai orang-orang yang memaafkan orang lain. Dan ingat jika pengampunan itu selalu diulang satu kali, dua kali, tiga kali untuk hal yang sama, kita harus mulai bertanya pada diri sendiri:

"Akankah Allah memaafkan dia, jika saya tidak memaafkan mereka?

"Apakah aku terlalu sering memaafkan orang ini karena aku bisa jadi hanya mendukung kejahatan yang mereka lakukan?"

Jadi lebih dari dua atau tiga kali, kita perlu mengambil tindakan baru. Lihatlah Nabi Muhammad (saw). Mereka memukulinya, mereka melakukan begitu banyak hal, mereka membuat tetesan darah yang diberkati mencapai tanah. Namun dia tidak pernah membalas. Sampai suatu hari, ketika itu dilakukan terlalu sering, dia menyiapkan pasukan untuk melawan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement