Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh dunia bisnis. Pandemi tidak hanya mengubah bagaimana orang bersosialisasi, tetapi juga perlahan mengubah bagiamana interaksi antara pelaku bisnis dengan konsumen.
Tak ayal, Gojek menjadi salah satu bisnis yang tak lepas dari pengaruh pandemi. Menyandang status decacorn pertama dari Indonesia, Gojek tentunya memiliki strategi untuk bertahan di tengah pandemi.
Baca Juga: Gojek Xcelerate Latih 11 Startup Kembangkan Model Bisnis Sesuaikan Pandemi
Head of Groceries Gojek, Tarun Agarwal, mengatakan bahwa pola bisnis direct to consumer menjadi model bisnis yang efektif karena membantu startup berinteraksi langsung dengan pengguna yang kini lebih banyak menghabiskan waktu secara online. Startup juga dapat memperoleh data dan umpan balik dengan cepat sehingga dapat lebih menyesuaikan produk seiring perubahan di pasar.
"Salah satunya saat Gojek turut mengembangkan layanan yang membantu konsumen berbelanja kebutuhan sehari-hari (groceries) melalui layanan GoMart dan GoShop," ujar Tarun dalam video conference, Rabu (17/6/2020).
Selain itu, penyesuaian layanan lain juga membantu Gojek untuk bertahan di tengah pandemi menurut Tarun. Salah satu layanan yang disesuaikan adalah GoFood.
"Layanan GoFood pun disesuaikan semenjak pandemi Covid-19 dengan bergabungnya Pasar Mitra Tani yang menjual bahan pangan pokok ke dalam platform, serta hadirnya GoFresh, layanan marketplace yang pada awalnya diperuntukkan khusus bagi merchants GoFood, tetapi saat ini dapat diakses oleh konsumen sebagai salah satu upaya Gojek membantu masyarakat selama krisis Covid-19," lanjutnya.
Model direct to consumers disebut Tarun efektif di tengah pandemi saat ini. Tarun memaparkan hingga Mei, model bisnis tersebut membawa kenaikan transaksi pada salah satu layanan Gojek.
"Sepanjang tahun 2020, transaksi belanja groceries di GoMart terus meningkat. Hingga bulan Mei, terjadi 5.5x peningkatan produk yang terjual di GoMart dibandingkan bulan Januari," pungkasnya.