Sabtu 20 Jun 2020 13:59 WIB

Ekspor Lobster Daerah Ini Terhenti Sejak Covid-19

wilayah ini belum bisa mengekspor lobster hasil tangkapan nelayan

Warga menunjukkan lobster hasil tangkapan nelayan di pesisir Pantai Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (19/2/2020).
Foto: SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO
Warga menunjukkan lobster hasil tangkapan nelayan di pesisir Pantai Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Rabu (19/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MUKOMUKO -- Ekspor lobster asal Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, terhenti sejak terjadi pandemi COVID-19 karena sejumlah wilayah dan negara tujuan belum ada permintaan.

“Ekspor atau pengiriman lobster dari daerah ini sejak beberapa bulan terhenti karena pandemi COVID-19,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko Nasyyardi di Mukomuko, Sabtu (20/6).

Ia mengatakan hal itu usai melakukan kunjungan kerja untuk memastikan aktivitas Koperasi Rajawali Alumni 89 yang menampung lobster tangkap di wilayah Bantal, Kecamatan Teramang Jaya semenjak terjadi pandemi COVID-19.

Nasyyardi mengatakan koperasi di wilayah ini belum bisa mengekspor lobster hasil tangkapan nelayan asal daerah ini ke sejumlah provinsi hingga ke negara tujuan karena tidak ada permintaan dari konsumen sejak terjadi pandemi COVID-19.

Ia menyatakan meskipun Koperasi Rajawali Alumni 89 di wilayah ini belum bisa mengirim lobster keluar daerah ini, namun koperasi ini tetap membeli lobster hasil tangkapan nelayan dengan harga tinggi.

Menurutnya, keberadaan koperasi yang bergerak di sektor penampungan lobster ini sangat membantu nelayan yang kesulitan memasarkan lobster hasil tangkapan saat pandemi COVID-19.

Koperasi ini membeli lobster hasil tangkapan nelayan setempat dengan harga Rp160 ribu per kilogram untuk lobster hidup. Sedangkan lobster mati dibeli dengan harga sebesar Rp70 ribu per kilogram dan lobster mutiara mencapai Rp700 ribu per kilogram.

Ia mengatakan selama ini koperasi yang berada sejauh 230 kilometer sebelah utara Kota Bengkulu ini bisa menjual lobster pasir hijau dengan berat 210 gram sebanyak 100 kilogram dan mutiara 30 kilogram per hari keluar daerah ini.

Lebih lanjut, ia berharap ke depan lebih banyak lagi koperasi yang bergerak di bidang perikanan tangkap yang menampung ikan maupun udang hasil tangkapan nelayan di wilayah ini.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement