Senin 22 Jun 2020 09:47 WIB

Pikiran-Pikiran Menyimpang yang Telah Merusak Islam

Mereka merusak agama Islam dengan berkedok dan memanipulasi ajaran Islam.

Rep: Gulf News/ Red: Elba Damhuri
Islamophobia: Kaum teroris dan ekstremis yang memakai simbol Islam semakin merusak Islam.
Islamophobia: Kaum teroris dan ekstremis yang memakai simbol Islam semakin merusak Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Tariq A Al Maeena*  

Islam, sebuah agama yang dengan setia diikuti lebih dari satu setengah miliar orang di seluruh dunia, telah mengalami serangan luar biasa hebat dalam dekade terakhir ini. Hal ini menimbulkan kegelisahan hebat yang dengan sangat tepat dinamai sebagai Islamofobia.

Sayangnya, bahaya ekstremisme dalam beberapa tahun terakhir ini telah menyebabkan banyak orang luar di sana memandang Islam sebagai agama yang penuh kebencian. Islam perdamaian menjadi Islam paksaan dalam pikiran dan tindakan sebagian orang yang dengan licik memanipulasi nilai-nilai agama. Orang-orang ini bertindak jahat dengan sikap dan kepercayaan mereka sendiri yang tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi seolah-olah membawa label agama.

Seorang rekan Amerika baru-baru ini bertanya ke saya, “Bagaimana kita bisa terpanggil oleh agama Islam, ketika begitu banyak tindakan menyakitkan terjadi atas nama agama ini? Bagaimana orang luar bisa percaya pada belas kasihan Islam dan ajarannya, ketika hampir setiap hari kita membaca tentang praktik dogmatis, tentang militan yang mengaku sebagai Muslim, dan mereka meledakkan orang-orang tak berdosa di mana-mana?"

Ekstremisme semacam itu telah dikecam oleh banyak penulis, tetapi jarang dilakukan oleh orang-orang yang telah mempelajari Alquran dan ajaran-ajarannya. Di samping itu, oleh mereka yang bisa mengatakan atas otoritas agama yang mereka punya bahwa penafsiran ini atau itu tidak dapat diterima dan karena itu mereka harus mengutuk hal tersebut.

Para pemimpin agama serta lembaga dan organisasi Islam telah mulai memahami ancaman Islamofobia. Mereka telah keluar dan secara terbuka mengecam tindakan terorisme yang mengenakan bandana berteriak Allahu akbar. 

Namun, hal seperti itu hanya sedikit dan jauh di antara saat itu. Tidak adanya pernyataan yang jelas dan berulang seperti itu memupuk perasaan yang mendasar bahwa otoritas agama tidak senang dengan penafsiran yang ekstrem. Dengan kebisuan mereka, mereka seolah datang memaafkan tindakan keji tersebut.

Tidak adanya posisi yang jelas membuat dialog antar-budaya sangat sulit dan telah menyebabkan kesalahpahaman yang besar tentang arti sebenarnya dari Islam. 

Jika kita memiliki sesuatu yang kita kecam di kedua sisi, kita harus bersama-sama menyatakannya lagi dan lagi, dan ini bisa memperbaharui ikatan untuk pemahaman yang lebih baik tentang agama dan budaya.

Subjugasi hak pribadi

Memang, jika seseorang melakukan tindakan keji atas nama Islam saat ini, ia tidak akan kekurangan bahan. Di banyak bagian dunia, penjahat melindungi diri mereka di belakang agama ini untuk menutupi niat jahat mereka. 

Tindakan keras seperti itu sering kali menyamarkan pencarian kekuasaan dan penaklukan hak-hak pribadi, sesuatu yang tidak bisa ditoleransi dalam Islam. Tindakan yang mengancam Islam melalui praktik menyimpang oleh umat Islam jauh lebih berbahaya daripada ancaman dari tempat lain.

Namun, yang tampaknya mengganggu adalah kekhawatiran dan penolakan universal oleh lembaga-lembaga agama Islam yang mapan dan tokoh-tokoh praktik. 

Ambil contoh Organisasi Kerja Sama Islam, organisasi antar-pemerintah terbesar kedua setelah PBB. Organisasi ini memiliki keanggotaan 57 negara Islam yang tersebar di empat benua. 

Selama bertahun-tahun mereka telah mempromosikan penentangannya terhadap kekerasan. Namun, belakangan ini mereka mulai memiliki peran yang lebih aktif dalam meminta para pemimpin agama dari kepercayaan lain memberikan solusi atas konflik agama.

Sebuah lembaga Islam di Mesir, salah satu yang berusia lebih dari seribu tahun, dan sebuah pusat ulama besar Islam pun tidak cukup vokal untuk mendiskreditkan terorisme. 

Banyak yang menuduh lembaga ini tidak aktif melindungi Muslim yang menderita di bawah tangan para penyimpang yang menggunakan ideologi agama yang mereka pelintir ini. Itu juga sedang berubah hari ini.

Di Arab Saudi, tindakan terorisme berulang kali dikecam melalui fatwa dan fatwa. Juga, kecaman publik terhadap ekstremisme yang dilakukan oleh umat Islam. 

Ulama Saudi mulai memimpin dalam megecam setiap tindakan keji yang dilakukan dengan kedok Islam terlepas dari di mana lokasinya. Namun, ada banyak hal lagi yang harus dilakukan.

Para ulama yang menyampaikan khutbah Jumat di masjid memiliki kewajiban untuk menyiarkan pesan penolakan tindakan ekstremis tersebut. Pendekatan akar rumput ini paling berhasil di kota dan desa.

Iman Islam sedang disalahgunakan (melalui praktik-praktik menyimpang) oleh beberapa orang yang mengaku sebagai Muslim. Islamofobia itu nyata. 

Sangat penting bahwa pesan yang tepat harus terdengar keras dan jelas melalui organisasi dan lembaga Islam. Lembaga-lembaga Islam harus secara terbuka mengecam tindakan penyimpangan ini di mana pun mereka berada.

BACA JUGA: Militer Iran: Musuh-Musuh Iran tak Berani Serang Iran

*Tariq A Al Maeena adalah komentator sosial-politik Arab Saudi. Dia tinggal di Jeddah, Arab Saudi. Tulisan ini dimuat di Gulf News.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement