Senin 29 Jun 2020 18:03 WIB

Produksi Sayuran di Purwakarta Terhambat Lahan

Kebutuhan sayur di Purwakarta masih dipasok dari daerah lain.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
Sayuran berwarna hijau. Ilustrasi
Foto: ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA FOTO
Sayuran berwarna hijau. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA — Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta Agus Rachlan Suherlan mengakui konsumsi sayuran di wilayahnya masih bersumber dari daerah lain. Produksi sayuran oleh petani Purwakarta belum sebanding dengan besarnya konsumsi harian.

Agus mengatakan produksi sayuran di Purwakarta memang masih minim. Salah satu hambatannya adalah berkaitan masalah lahan yang ada.

Baca Juga

“Kabupaten Purwakarta menghadapi tantangan yang cukup berarti dalam pengembangan hortikultura terutama komoditas sayuran mengingat lahan pertanian yang ada secara rutin lebih dimanfaatkan untuk pengembangan  komoditas tanaman pangan terutama padi,” kata Agus kepada Republika.co.id, Senin (29/6).

Menurutnya, pengembangan sayuran memang tidak mudah. Butuh perawatan yang tidak sederhana dan cukup kompleks sehingga para petani cenderung lebih memilih menanam padi. Bukan hanya dalam penanamnya, tapi juga perawatan ekstra pasca panennya seperti penyimpanan yang tidak bisa tahan lama serta pengaruh cuaca yang sangat berperan dalam hasilnya.

Meski demikian, ia mengatakan dinasnya terus mengupayakan pengembangan produksi sayuran. Beberapa upaya dan program dilakukan untuk mengatasi tantangan ini.

“Pertama kami mencoba perluasan areal tanaman di wilayah-wilayah yang adaptif untuk pengembangan sayuran Seperti di kecamatan Bojong, Darangdan, Wanayasa dan Kiarapedes untuk pengembangan cabai, buncis. Kemudian untuk mentimun Terong dan Tomat di wilayah dataran rendah seperti Bungursari, Campaka dan Cibatu,” ucap dia.

Kemudian, kata dia, dalam upaya pengembangan luasan penanaman sayuran pihaknya juga secara bertahap mendorong program pekarangan lestari. Masyarakat didorong memanfaatkan pekarangannya terutama  di daerah perkotaan  dan di kawasan kawasan pemukiman seperti dengan teknik hidroponik.

Ia mengatakan dinasnya juga mengupayakan peningkatan produktivitas dari areal dan petani sayur yang sudah ada. Caranya melalui penggunaan bibit unggul  dan teknologi budidaya yang efisien. Dengan begitu hasil yang didapatkan bisa lebih maksimal.

“Kami juga upayakan Peningkatan kualitas hasil  melalui upaya peningkatan Standar Operasional prosedur  dan perbaikan pola budidaya  dan penanganan pasca panen yang baik  sehingga membuka  segmentasi  pasar  yang lebih prosfektif,” ujarnya.

Ia berharap ke depannya produksi sayuran di Purwakarta bisa meningkat. Paling tidak masyarakat bisa mengurangi konsumsi dari daerah lain dengan menanam sendiri untuk kebutuhan pribadi.

Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mendorong produksi pertanian di produk sayuran bisa meningkat. Anne mengaku merasa sedikit kecewa, karena untuk kebutuhan sayuran Kabupaten Purwakarta masih mengandalkan sayuran dari kabupaten tetangga.

"Untuk kebutuhan sayuran didatangkan dari luar Purwakarta, karena memang produksi sayur di kita sedikit," kata Anne.

Ia berharap, dengan adanya lahan Balai Penyuluh Pertanian (BPP), ketergantungan sayuran dari Kabupaten lain bisa terus berkurang. Sehingga kedepannya Purwakarta menjadi daerah yang mandiri dari penghasil sayuran yang di butuhkan masyarakat."Saya berharap, di lahan seluas kurang lebih 6 Hektar tersebut, kedepannya para petani sayur di Purwakarta bisa memproduksi sayuran yang cukup untuk kebutuhan di Purwakarta," harapnya.

Sementara untuk komoditas beras, ia mengatakan produksi di Purwakarta selalu surplus. Terutama untuk kebutuhan pangan masyarakatnya sendiri. Ia juga menegaskan meski di tengah Pandemi Covid-19, produksi beras masih tetap di atas target kebutuhan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement