REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Almarhum Prof KH Ali Musthafa Yakub yang pernah menjadi Imam Besar Masjdi Istiqlal pernah berkata bahwa jika beliau dilahirkan di zaman Nabi, maka beliau bercita-cita menjadi pembantu Rasulullah SAW. Perkataan tersebut memiliki makna yang dalam serta mulia, sebab menjadi orang yang dekat dengan Nabi adalah cita-cita bagi umumnya orang Islam yang beriman.
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan bagaimana Rasulullah tidak pernah membedakan orang dari statusnya. Bahkan para pelayan atau pembantunya kerap mendapatkan kemuliaan dan perlakuan yang sangat baik.
Para pelayan dan pembantu Rasulullah kerap dibelanjakan hal yang Rasulullah juga belanjakan. Mulai dari makanan hingga pakaian. Terdapat deretan nama pembantu Rasulullah yang bertugas di berbagai bidang.
Antara lain Anas bin Malik yang bertugas melayani kebutuhan Nabi, Abdullah bin Mas’ud yang bertugas melayani sandal dan siwak Nabi, Uqbah bin Amir Al-Juhani yang bertugas menuntun bighal Nabi dalam perjalanan beliau, Asla bin Syarik yang bertugas mengurus hewan kendaraan Nabi.
Selanjutnya ada Bilal bin Rabah maula Abu Bakar Siddiq yang bertugas mengumandangkan adzan, Ummu Aiman yang bertugas menuangkan air ketika Nabi berwudhu dan bersuci dari hajat, Rabbah Al-Aswad yang bertugas sebagai pengawal dan asisten Nabi, Abu Musa Al-Asy’ari yang bertugas menjadi satpam, Adh-Dhahak bin Suyfan yang bertugas mengurus pedang Nabi, Dzur bin Abi Dzur Al-Ghifari yang bertugas memerah susu unta, hingga Abu Dzar Al-Ghifari dan Sa’ad.