REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, masih optimistis terhadap pangsa pasar ekspor produk kayu ke sejumlah negara. Khusus ekspor ke Korea Selatan, kinerja ekspor masih menunjukkan kenaikan.
Ekspor produk kayu sepanjang 2019 ke Korsel mencapai 710 juta dolar AS. Adapun kurun waktu Januari-Mei 2020 nilai ekspor mencapai 321 juta dolar AS, atau naik 1 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar 319,5 juta dolar AS.
"Pelaku usaha harus lebih berorientasi pada kebutuhan konsumen Korea yang menginginkan produk kayu dengan desain yang nyaman untuk dipakai bekerja dari rumah," kata Ketua APHI, Indroyono Soesilo dalam keterangan resminya, Rabu (1/7).
Ia mengungkapkan, peluang ekspor ke Korsel harus terus dijaga. Sebab, Korsel sangat berminat untuk berinvestasi di Indonesia, terutama di bidang Hutan Tanaman Industri untuk bahan baku energi biomassa dan berinvestasi di industri penggergajian kayu di Papua.
Indroyono juga menambahkan, pengusaha Indonesia berharap pengenaan tarif bea masuk ke Korsel dapat disesuaikan dengan jenis kayu yang diekspor, mengingat Indonesia memiliki beragam jenis spesies untuk satu jenis produk kayu komersial yang diekspor.
“Kedua negara juga menyadari pentingnya upaya promosi yang gencar dan intensif agar produk kehutanan Indonesia dapat bersaing dengan China dan Vietnam,” kata Indroyono.
Salah satunya, ia menambahkan, seperti produk kayu kualitas tinggi untuk Industri galangan kapal di Korea. Indroyono juga mengapresiasi, pihak Korsel yang menawarkan fasilitas pameran permanen di Living Power Center, Seoul untuk produk kehutanan agar bisa mendongkrak peningkatan bisnis Indonesia ke Korea.