REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Dalam sejarahnya, Ternate menjadi wilayah kuat yang menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di wilayah timur Indonesia. Jejak-jejak bertumbuhnya Islam di sana pun terbukti dalam peninggalan arkeologi di wilayah rempah tersebut.
Dalam buku Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia karya Hasan Muarif Ambary dijelaskan, peninggalan arkeologi Ternate dari masa Islam terbagi menjadi dua kelompok. Pertama melalui komplek istana, masjid, hingga makam. Kedua, yakni melalui museum Kesultanan Ternate.
Yang pertama, peninggalan kesultanan Ternate merupakan komplek bangunan yang bergaya abad ke-19. Istana ini teretak satu komplek dengan Masjid Jami di Ternate dan secara administratif terletak di Soa-Siu, Kelurahan Letter C, Kodya Ternate.
Istana Kesultanan ini telah melalui masa pemugaran pada era Indonesia dan difungsikan sebagai museum Kesultanan Ternate. Istana kesultanan ini pun dikelilingi oleh perbentengan yang fondasi-fondasinya masih nampak hingga kini.
Sedangkan Masjid Jami Kesultanan Ternate juga merupakan arkeologi peninggalan sejarah. Masjid ini didirikan oleh Sultan Hamzah dengan dikelilingi pagar tembok dan gapura-gapura beratap goa susun. Gapura inilah yang kemudian berfungsi sebagai menara adzan.
Adapun komplek makam kesultanan terletak di belakang Masjid Jami Ternate. Pada komplek ini dimakamkan para raja Ternate yang memerintah pada abad 18 Masehi hingga 20 Masehi. Yakni mulai dari Sultan Siraju Muluk Iskandar hingga Sultan Muhammad Uthman (1728 Masehi), dan Sultan Muhammad Ali (1811 Masehi).
Yang kedua, jejak peninggalan arkeologi dapat dilihat dalam museum. Sebagaimana diketahui, bekas istana yang dialihfungsikan menjadi museum kesultanan menyimpan koleksi artefak atau relief yang berkaitan dengan eksistensi Kesultanan Ternate.