REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Potensi ekspor ubi jalar di masa pandemi Covid-19 ini justru mengalami peningkatan. Salah satunya karena permintaan ubi jalar yang tinggi dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan.
''Kecendrungan di masa pandemi ekspor ubi jalar meningkat khususnya konsumen yang dari luar untuk ketahanan pangan,'' ujar Ketua Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia atau disingkat Asapuji Jawa Barat, Ridwan Saepurrahman kepada Republika, Kamis (9/7).
Peningkatan permintaan khususnya untuk jenis Ubi Cilembu dan Benny Azuma. Ridwan mengembangkan kedua ubi jalar tersebut di Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi dan hasilnya bagus. Meskipun Ubi Cilembu berasal dari Sumedang dan dibawa ke Sukabumi. Sementara Ubi Benny Azuma pengembangannya ke Cirebon.
Ridwan mengungkapkan, tujuan ekspor ubi jalar antara lain ke Singapura, Iran, Hong Kong, Dubai, dan Korea Selatan. Dari total produksi yang dihasilkan sekitar 70 persen untuk ekspor dan sisanya 30 persen untuk pasar loka seperti ke Cipanas, Kabupaten Cianjur.
Ia merinci produksi ubi jalar yang dipanen dalam jangka waktu 3,5 bulan bisa menghasilkan 18-20 ton per hektare. Sementara kalau panen 4 bulan menghasilkan 20-25 ton per hektare.
''Harapannya dengan potensi ekspor ini, Asapuji mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki khususnya ubi dan sayuran yang kini sangat diminati luar negeri,'' ungkap Ridwan.
Ketika panen di Sukabumi dan bisa ekspor, uang yang beredar di warga meningkat dan menggerakan ekonomi warga sekitar. Terutama di saat ketika banyak pekerja yang diberhentikan dari pekerjannya di masa pandemi. Mereka sekarang dapat belajar berkebun ubi jalar karena mudah penanamannya.
''Swasembada ubi jalar jadi target karena pangsa pasar ekspor luar biasa,'' imbuh Ridwan.
Asapuji menjembatani petani yang semangat menanam dan pasar yang siap membeli. Apalagi Jabar sangat tinggi potensi pasarnya karena dekat dengan ibu kota Jakarta.