Jumat 10 Jul 2020 19:41 WIB

Alim Markus, Bos Maspion yang Tak Lulus SMP

Kisah Inspiratif Alim Markus, Bos Maspion yang Tak Lulus SMP

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Kisah Inspiratif Alim Markus, Bos Maspion yang Tak Lulus SMP. (FOTO: Sufri Yuliardi)
Kisah Inspiratif Alim Markus, Bos Maspion yang Tak Lulus SMP. (FOTO: Sufri Yuliardi)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Produk alat-alat rumah tangga yang diproduksi Maspion rasanya pasti ada di rumah setiap orang Indonesia. Produk lokal ini diciptakan oleh ayah Alim Markus, Alim Husin. Markus sendiri berhenti sekolah di bangku SMP untuk memulai usaha dengan ayahnya.

Alim Markus yang merupakan anak tertua tak hanya bekerja keras, tapi juga belajar berpikir keras. Dia membantu usaha ayahnya yang memiliki bengkel kecil di Surabaya bernama UD Logam Djawa yang membuka jasa perbaikan pompa air dan memiliki 8 orang karyawan.

Baca Juga: Kisah Sukses Pendiri Lippo Group yang Berawal dari Penjaga Toko

Pada tahun 1970, usaha keluarga Alim Husin semakin maju dan berkembang sehingga merancang nama dan logo baru dengan nama Jin Feng (puncak emas). Namun, belakangan perusahaan tersebut dikenal dengan nama Maspion, singkatan dari Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan Nasional.

Meski tak sekolah, Alim Markus tetap belajar bahasa Inggris, Cina, Jepang dan juga Akuntansi. Bahkan ia juga belajar bahasa Jerman dan Korea serta ikut kursus manajemen di Pan Pasific Management di Taiwan serta kursus singkat di sekolah bisnis National University of Singapore (NUS) Singapura.

Melihat kegigihan Alim Markus, Alim Husein menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada putra tertuanya. Sementara tiga anak lainnya, Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa menduduki posisi direktur pengelola. Sejak itu, perusahaan secara bertahap membangun basis pelanggan dan mendapatkan pengakuan di industri sebagai kualitas dan produsen yang dapat diandalkan.

Kini, Maspion mempekerjakan sekitar 25.000 orang dan 44 anak perusahaan. Adapun fasilitas produksi perusahaan tersebar di empat kawasan industri di Sidoarjo dan Gresik, Jawa Timur, dan satu pabrik di Jakarta dan Jawa Barat.

Maspion Group dalam melakukan ekspansi bisnisnya telah melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan kelas atas seperti Samsung, Marubeni, Komatsu dan lain sebagainya.

Alhasil, produknya tak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, Australia, Eropa dan Timur Tengah. Nilai ekspor Maspion tahun 1995 bahkan mencapai 100 juta dolar AS.

Sebagai pengusaha sukses yang berhasil melebarkan sayapnya, Markus sempat tergoda untuk memindahkan industrinya ke China, tetapi kepentingan nasional adalah hal yang utama untuknya. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk tetap mengoperasikan kegiatan usahanya di Indonesia.

Maka tak aneh, di zaman kepresidenan Gus Dur, Alim Markus sempat dijadikan anggota Dewan Pemulihan Ekonomi Nasional. Selain itu, dia juga Wakil Ketua Kamar Dagang Industri daerah Jawa Timur.

Lalu, di masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, Alim Markus termasuk pengusaha yang ditarik masuk ke kubu SBY ketika maju sebagai calon Presiden bersama Boediono.

Namun, beberapa tahun belakangan terdapat kabar tak sedap mengenai keluarga Alim. Tahun 2013, Alim Satria memilih mundur dari Maspion Grup dan terjun ke bisnis real estate.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement