REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Houthi mengklaim bertanggungjawab atas serangan di kota Jizan, Arab Saudi, Ahad (12/7) malam waktu setempat. Seorang juru bicara militer Houthi menyatakan, pasukannya menghantam sebuah fasilitas minyak besar di kota Jizan, Arab Saudi selatan dalam serangan drone dan rudal.
"Dengan banyak drone, angkatan bersenjata kami menargetkan pesawat militer, akomodasi pilot, dan sistem Patriot di Khamis Mushait, dan sasaran militer lainnya di bandara Abha, Jizan, dan Najran," kata Yahya Sarea, seorang juru bicara militer Houthi.
"Selain itu, fasilitas minyak raksasa di zona industri Jizan. Serangan itu akurat," ujarnya menambahkan.
Khamis Mushait, Abha, Jizan dan Najran semuanya di Arab Saudi barat daya dekat perbatasan Yaman. Sebelumnya koalisi pimpinan Saudi yang memerangi Houthi mengatakan, Saudi mencegah dan menghancurkan empat rudal dan enam drone peledak yang ditembakkan Houthi di perbatasan Saudi. Meski tidak ada konfirmasi Saudi di mana mereka mencegat rudal itu.
Koalisi dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah Saudi, SPA, tidak mengatakan di mana objek dicegat tetapi mengatakan pesawat telah diluncurkan dari ibu kota Hana yang dikontrol Sanaa menuju Arab Saudi.
Perusahaan minyak Saudi Aramco mengoperasikan kilang 400 ribu barel per hari di kota Laut Merah Jizan, yang terletak sekitar 60 km (40 mil) dari perbatasan Yaman. Namun hingga kini, Aramco tidak segera membalas permintaan komentar.
Serangan lintas perbatasan oleh gerakan Houthi, yang didukung Iran itu meningkat sejak akhir Mei yang bertepatan gencatan senjata berakhir oleh sebab pandemi Covid-19. Pada akhir Juni, rudal Houthi pun telah mencapai ibu kota Saudi, Riyadh.
Saudi melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang didukung internasional yang diakui Saudi dari Sanaa pada akhir 2014. Houthi mengendalikan sebagian besar pusat kota. Mereka mengklaim bahwa tengah berjuang melawan sistem yang korup di Yaman.
Media yang dikelola Houthi, Al Masirah mengatakan, Saudi telah melakukan serangan udara di berbagai daerah di bawah kendali Hothi pada Senin. Oleh karenanya, PBB telah mengadakan pembicaraan virtual di antara pihak-pihak yang bertikai tentang gencatan senjata permanen dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk memulai kembali perundingan perdamaian.
Namun demikian, diskusi telah diperumit oleh gelombang kekerasan sejak gencatan senjata berakhir. Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan terbesar di dunia.