Rabu 15 Jul 2020 02:50 WIB

Ponpes Jelaskan Alasan Santri Ikut Aksi

Aksi yang dilakukan pada 2017 tak bermuatan politis

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Pimpinan Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya, ustaz Ahmad Ruslan Abdul Gani, saat ditemui di pesantrennya, Jumat (3/7).
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Pimpinan Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya, ustaz Ahmad Ruslan Abdul Gani, saat ditemui di pesantrennya, Jumat (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pimpinan Pesantren Tahfizd Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya, ustaz Ahmad Ruslan Abdul Gani mengakui para santrinya yang masih berusia di bawah 17 tahun datang ke Jakarta ketika aksi 313 pada 2017 dilaksanakan. Ketika itu para santrinya rata-rata berusia belasan tahun.

Menurut dia, aksi yang dilakukan ketika itu tak bermuatan politis. Karena itu, ia berani mengajak para santri untuk datang ke Jakarta dari Tasikmalaya, tentu dengan persetujuan orang tua santri.

Kendati demikian, ia menyebut, para santri datang ke Jakarta bukan untuk mengikuti aksi. "Santri kita ini tidak untuk aksi, melainkan menyejukkan hati peserta dengan mengaji di depan (masjid) Istiqlal dengan mengaji. Jadi niat dari awal bukan untuk aksi, meski momentumnya itu aksi," kata dia, Selasa (14/7).

Para santri itu mengaji. Bahkan, ia mengklaim, selama mengaji itu para santrinya dapat mengkhatamkan Alquran sebanyak 30 juz. Menurut dia, mengaji itu dilakukan sebagai bentuk para santri membela Alquran dan Islam, di samping menyejukkan hati para peserta aksi.