REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim astronom Internasional mengumumkan penemuan terobosan sistem biner bintang neutron yang tidak biasa. Temuan ini dirilis di jurnal Nature pada Rabu (8/7).
Bintang neutron yang berputar cepat, atau bisa juga disebut sebagai Pulsar, bernama PSR J1913 + 1102 terkunci dalam orbit ketat dengan sisa bintang padat lainnya. Kedua ini akan bertabrakan dalam waktu sekitar 470 juta tahun, ini waktu yang relatif cepat dalam rentang waktu kosmik.
Ketika tabrakan terjadi, peristiwa tersebut akan melepaskan energi dalam jumlah yang luar biasa sebagai gelombang gravitasi dan cahaya. Salah satu faktor dalam hal ini adalah perbedaan massa.
Faktanya, sistem yang diamati oleh teleskop radio Arecibo di Puerto Rico, adalah sistem biner bintang neutron bintang asimetris yang paling banyak ditemukan. Keberadaannya menunjukkan bahwa ada banyak sistem serupa di luar angkasa yang tabrakan dahsyatnya dapat memberikan wawasan baru tentang susunan misterius bintang-bintang neutron.
Para peneliti meyakini bahwa merger atau penggabungan bintang neutron pertama kali terdeteksi kembali pada 2017. Hal ini dikatakan sebagai kemungkinan hasil dari sistem biner asimetris tersebut.
"Meskipun GW170817 dapat dijelaskan oleh teori lain, kami dapat mengonfirmasi bahwa sistem induk bintang neutron dengan massa yang berbeda secara signifikan, mirip dengan sistem PSR J1913 + 1102, adalah penjelasan yang sangat masuk akal," ujar Robert Ferdman, kepala tim peneliti yang berasal dari Universitas East Anglia, Inggris, seperti dilansir IFL Science, Kamis (9/7).
Ferdman mengatakan yang lebih penting dari penemuan ini adalah fakta bahwa ada banyak sistem bintang yang disoroti. Ini membuat lebih dari satu, dari 10 penggabungan biner bintang neutron ganda.
Penggabungan spektakuler
Ketidaksetaraan massa bintang dalam sistem biner ini dapat menghasilkan penggabungan yang lebih spektakuler daripada sistem massa setara. Di atas kekuatan fenomenal yang dilepaskan dalam sepersekian detik ketika kedua bintang bertabrakan, diperkirakan ada puluhan kali yang lebih besar dari gabungan semua bintang di alam semesta.
"Karena satu bintang neutron secara signifikan lebih besar, pengaruh gravitasinya akan mendistorsi bentuk bintang pendampingnya, melepaskan sejumlah besar materi sebelum mereka benar-benar bergabung dan berpotensi mengganggu semuanya," jelas Ferdman.
Ferdman mengatakan bahwa itu adalah gangguan pasang surut yang mengeluarkan sejumlah besar bahan panas dari yang diharapkan untuk sistem biner dengan massa sama. Dengan begitu, akan menghasilkan emisi yang lebih kuat.
Paulo Freire selaku rekan penulis dari Max Planck Institute for Radio Astronomy di Bonn, Jerman mengatakan distrupsi semacam itu akan memungkinkan ahli astrofisika untuk mendapatkan petunjuk baru yang penting tentang masalah eksotis yang membentuk interior dari benda-benda yang ekstrem dan padat ini.
"Masalah ini masih merupakan misteri besar, sehingga para ilmuwan masih tidak tahu apa itu sebenarnya terbuat,” ungkap Freire.
Namun, bagian dalam bintang-bintang neutron bukanlah satu-satunya misteri yang dapat diselidiki. Karena sistem asimetris akan mencerahkan material yang terlontar, kedua detektor gelombang gravitasi (seperti LIGO dan VIRGO) dan teleskop konvensional akan dapat menentukan tabrakan yang terjadi.
"Menariknya, ini juga memungkinkan pengukuran konstanta Hubble yang benar-benar independen. Ini adalah cara penting untuk memecahkan kebuntuan dan memahami lebih rinci bagaimana alam semesta berevolusi,” tambah Ferdman.