REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Para peneliti dari Monash University Australia telah mengembangkan tes Covid-19 dengan menggunakan sampel darah dalam waktu sekitar 20 menit. Tes itu juga mampu mengidentifikasi apakah seseorang telah tertular virus atau belum.
Tes Covid-19 itu kemudian disebut sebagai uji aglutinasi, sebuah analisa untuk menentukan keberadaan dan jumlah zat dalam darah. Melalui tes ini peneliti bisa mendeteksi keberadaan antibodi yang meningkat sebagai tanggapan terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ACS Sensors ini mampu mengidentifikasi kasus Covid-19 menggunakan 25 mikroliter plasma dari sampel darah.
"Ini merupakan pendekatan sederhana, cepat, dan memiliki aplikasi langsung dalam pengujian serologis SARS-CoV-2. Tes ini juga merupakan platform yang berguna untuk pengembangan pengujian di luar pandemi Covid-19," kata peneliti studi Banaszak Holl seperti dilansir dari Times Now News, Ahad (19/7).
Para peneliti mengatakan bahwa kasus positif Covid-19 menyebabkan aglutinasi atau pengelompokan sel darah merah, yang mudah diidentifikasi dengan mata telanjang. Jika tes swab/PCR digunakan untuk mengidentifikasi orang yang saat ini positif dengan Covid-19, uji aglutinasi dapat menentukan apakah seseorang pernah terinfeksi virus atau belum.
Tes aglutinasi berdasarkan metode blood typing yang umum digunakan, bahkan di rumah sakit di seluruh dunia. Metode itu disebut memiliki nilai keakuratan tinggi, proses cepat hanya sekitar 10-30 menit, serta otomatis dalam kebanyakan kasus.
Menurut para peneliti, jika menggunakan pengaturan laboratorium sederhana, penemuan itu dapat menguji hingga 200 sampel darah per jam. Adapun untuk beberapa rumah sakit dengan mesin diagnostik tingkat tinggi, lebih dari 700 sampel darah dapat diuji setiap jam.
Temuan itu dapat membantu negara-negara berisiko tinggi untuk menekan penyebaran virus dengan identifikasi kasus, pelacakan kontak, mengonfirmasikan kemanjuran vaksin selama uji klinis, dan distribusi vaksin.
"Tes ini dapat digunakan di laboratorium mana pun yang memiliki infrastruktur blood typing yang sangat umum di seluruh dunia," kata Holl.