REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis umrah dan haji khusus dari biro travel Indonesia diperkirakan merugi hingga sekitar Rp 30 triliun. Wakil Ketua Umum bidang Humas dan Kelembagaan Himpuh, Muharom Ahmad menyampaikan industri diperkirakan kehilangan sekitar delapan bulan aktivitas umrah di tahun 1441 H dan lima bulan di tahun 1442 H.
"Kita diperkirakan kehilangan bisnis sekitar 13 bulan, lebih dari satu tahun, jika rata-rata jamaah umrah sampai satu juta per tahun maka dikali Rp 25 juta per orang, hilang sampai Rp 25 triliun," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (19/7).
Untuk tahun ini, industri bisa kehilangan 70 persen bisnis dan masih menunggu kondisi pada 1442 H. Bagi mereka yang optimistis umrah bisa dimulai lagi di bulan September, tapi bagi mereka yang pesimistis yakni sekitar Januari 2021.
Sementara untuk haji khusus yang sudah pasti tidak berangkat tahun ini, biro travel kehilangan omzet berputar sekitar Rp 4,2 triliun. Jamaah haji khusus Indonesia berjumlah sekitar 17 ribu-21 ribu orang. Himpuh memiliki porsi sekitar 10 ribu calon jamaah.
"Praktis penyelenggara umroh tidak ada pemasukan sama sekali, tidak ada paket yang bisa dijual juga karena banyaknya ketidakpastian," katanya.
Masalah terbesar bagi perusahaan, kata Muharom adalah banyaknya penarikan dana oleh calon jamaah. Ini membuat perusahaan kesulitan disamping masih harus menunaikan kewajiban pada karyawan. Sehingga banyak pelaku industri yang terpaksa merumahkan karyawan.
Perusahaan yang masih bertahan, berorientasi pada kegiatan untuk menjaga pelanggan, seperti komunikasi intens dengan alumni. Disamping itu melakukan terobosan bisnis, seperti menggunakan modal data jamaah dan dana tersisa untuk bisnis makanan, pakaian, dan lainnya.
"Kita berupaya untuk bisa menjaga jamaah," katanya.