REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Pemprov Babel) lebih mengoptimalkan pengelolaan kegiatan wisata terbuka atau outdoor dengan mengedepankan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan sebagai langkah meningkatkan kunjungan wisatawan di tengah pendemi COVID-19.
"Kita harus memiliki strategi yang lebih kreatif lagi mengelola wisata terbuka untuk memulihkan ekonomi sektor pariwisata ini," kata Gubernur Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman Djohan di Pangkalpinang, Selasa (21/7).
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Babel secara nasional berada di posisi 1,35 atau terendah di Sumatera, sedangkan posisi nasional rata-rata adalah 2,97. Kebijakan di sektor pertambangan turut menyumbang kelesuan ekonomi di pulau penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia ini.
“Kita dapat melihat bahwa peran pertambangan dan pariwisata sangat berpengaruh di dalam perkembangan ekonomi, karena dalam pertumbuhan ekonomi di sektor pertambangan sangat turun beberapa tahun ini mengingat adanya kebijakan pemerintah di sektor pertambangan yang membuat pertumbuhan sektor pertambangan menjadi rendah,” ujarnya.
Menurut dia untuk melakukan pemulihan melalui sektor pariwisata dengan melakukan transformasi planning ke tourism, harus memiliki strategi yang lebih baik, karena Pemprov Babel tidak bisa serta merta meninggalkan sektor pertambangan.
“Kita tidak bisa meninggalkan sektor pertambangan yang menjadi keunggulan kita dengan begitu saja sekaligus, sehingga ini menjadi pertimbangan kita,” katanya.
Ia menyatakan saat ini pemprov masih mencari pola dan formula yang tepat di era pandemi untuk pemeliharaan dan mengelola pariwisata yang lebih baik. Salah satunya adalah dengan mengikuti protokol kesehatan yang tepat, sehingga wisatawan yang akan berkunjung akan merasa kesehatan dan keamanannya terjamin.
"Saat ini terjadi perubahan tren wisata harus memiliki daya tarik yang kuat. Berubahnya tren wisata setelah COVID-19, membuat wisata domestik lebih dilirik dan menjadi pilihan," ujarnya.
Ia menambahkan daya tarik wisata alam menjadi lebih populer. Hal ini membuat wisatawan muda dan kalangan menengah ke atas lebih bersemangat untuk melakukan perjalanan, sehingga perubahan dari wisata massal menjadi wisata pribadi.
“Kita perlu memipikirkan bagaimana mengelola kegiatan dalam waktu dekat, dengan mengedepankan kegiatan yang dilaksanakan di ruang terbuka," katanya.