REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Aktivitas pasar penerbitan sukuk yang hampir terhenti pada Maret-April 2020 karena dampak dari Covid-19, telah kembali pada kuartal II 2020. Lembaga pemeringkat global, Fitch Rating menyampaikan, nilainya sudah sama dengan level dua bulan pertama awal tahun 2020.
"Ini menunjukkan, baik penerbit dan investor telah menyesuaikan kembali investasi dan strategi pendanaan mereka untuk mencerminkan kenormalan baru," ungkap Fitch dalam keterangannya, kemarin.
Pada semester pertama 2020, ada juga tren penerbitan inovatif seperti Formosa, sukuk berkelanjutan, sukuk hijau dan sukuk hibrida, yang membantu menarik basis investor yang lebih luas. Profil pasar sukuk meliputi penerbitan sukuk dengan jangka waktu lebih dari 18 bulan dari Negara Kerja sama Kawasan Teluk (GCC), Malaysia, Indonesia, Turki, dan Pakistan mencapai 12 miliar dolar AS pada kuartal II 2020.
Jumlah tersebut 42 persen lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2020. Volume sukuk peringkat Fitch yang beredar mencapai 114,5 miliar dolar AS pada akhir kuartal II 2020. Sekitar 25 persen diperkirakan jatuh tempo pada 2020-2022.
Sekitar 82 persen yang diluncurkan dalam tingkat investasi tertentu dan 18 persen adalah tingkat spekulatif, proporsi yang sama seperti pada kuartal pertama 2020. "Kembalinya pasar sukuk terjadi karena meningkatnya kebutuhan emiten," kata Fitch.
Eksportir minyak diharapkan semakin banyak menerbitkan sukuk dan obligasi untuk mendanai defisit fiskal yang meningkat karena jatuhnya harga minyak. Selain itu juga kebutuhan pendanaan karaena gangguan ekonomi terkait virus corona.
Lembaga keuangan di GCC sebagian besar didanai oleh dana simpanan, tetapi mereka kemungkinan akan terus menerbitkan sukuk dan obligasi untuk mendiversifikasi sumber pendanaan. Mereka juga akan mendapat manfaat dari biaya pendanaan yang rendah. Penerbitan oleh korporasi juga berkembang karena bank menjadi lebih selektif dalam menyalurkan pinjaman mereka.