REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tren kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogyakarta mengalami penurunan pada 2020 ini. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Yogyakarta, Yudiria Amelia mengatakan, sejak awal 2020 hingga Juli ini terdapat 249 kasus, dan belum ada laporan kematian.
Amelia menyebut, kasus DBD di Kota Yogyakarta merupakan peringkat keempat di DIY. Kota Yogyakarta berada di atas Kabupaten Kulon Progo yakni dengan jumlah 203 kasus. "Biasanya kita di DIY masih terhitung tinggi, namun alhamdulillah kini angkanya berangsur turun. Kabupaten Sleman berada di angka ketiga dengan 688 kasus," kata Amelia.
Amelia menjelaskan, pada Februari kasus DBD di Kota Yogyakarta berada di angka 34 kasus. Namun, sempat terjadi lonjakan kasus pada Februari 2020 yang naik mencapai 72 kasus. "Dari Februari, angka kasus DBD ini terus turun, pada Maret tercatat 58 kasus, April 50 kasus, Mei 27 kasus dan Juni hanya bertambah 10 kasus," ujarnya.
Dilihat dari jumlah penderita per kelompok usia, kasus DBD dari usia tujuh tahun hingga 12 tahun masih menjadi kelompok tertinggi. Amelia mengatakan, kasus DBD dari kelompok usia ini setidaknya mencapai 24,9 persen pada 2019 dan 23,6 persen di 2020 ini.
Sementara, sebaran kasus DBD berdasarkan wilayah di Kota Yogyakarta masih terjadi di sejumlah kelurahan. Di 2020 ini, Kelurahan Gedongkiwo menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi yakni mencapai 26 kasus.
"Disusul Pandeyan 23 kasus, Rejowinangun 21 kasus, Suryodiningratan 17 kasus, Keparakan 12 kasus dan Brontokusuman 10 kasus," jelasnya.
Untuk menekan angka DBD di Kota Yogyakarta, pihaknya menjalankan berbagai strategi. Salah satunya dengan respon cepat oleh surveilans kelurahan dan tim gerak cepat (TGC) Puskesmas jika ditemukan kasus DBD.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemantauan jentik melalui program gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. "Pada 6 April 2020 juga ada pelaksanaan pencegahan dan pengendalian DBD dalam situasi pandemi Covid-19 yang dilakukan dengan (menerapkan) protokol kesehatan," katanya.