Senin 27 Jul 2020 10:43 WIB

Anak Juga Tertekan Harus Sekolah dari Rumah

KPAD Kota Bekasi menyebut, pola pendekatan guru dan orang tua berbeda.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Erik Purnama Putra
Anak-anak dari keluarga prasejahtera yang harus belajar dari rumah terkendala bergantian menggunakan ponsel dengan adiknya.
Foto: Shabrina Zakaria
Anak-anak dari keluarga prasejahtera yang harus belajar dari rumah terkendala bergantian menggunakan ponsel dengan adiknya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pandemi Covid-19 memberi dampak di seluruh sektor kehidupan, tidak terkecuali pendidikan. Akibatnya, banyak pelajar yang harus melakukan kegiatan belajar dari rumah.

Bukan hanya bagi orang tua, melakukan kegiatan belajar dari rumah juga memiliki dampak psikologis pada anak. Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi, Aris Setiawan, mengatakan, banyak anak-anak yang secara mental tertekan saat melakukan kegiatan belajar dari rumah.

“(Hal ini terjadi) karena pola pendekatan guru dan orang tua berbeda,” tuturnya saat dihubungi Republika, Senin (27/7).

Selain itu, kondisi keluarga yang secara umum terdampak pandemi juga menjadi beban tambahan yang semakin menambah daftar masalah. “Ini menjadi salah satu catatan di antara banyak catatan terkait (kegiatan) pembelajaran jarak jauh,” ujar Arif menambahkan.

Aris mencontohkan, bukan hanya permasalahan ekonomi saja, tetapi juga sosial dan budaya. Dia menyebut, anak-anak yang biasanya punya kegiatan lain di luar sekolah, seperti mengaji terpaksa harus meniadakan kegiatannya itu.  Tentunya, hal-hal yang seperti itu terkadang tak bisa serta merta langsung dapat dimengerti oleh anak.

"Paling simpel kayak anak mengaji, atau pada saat libur anak-anak bisa ke tempat wisata atau ke area publik untuk nongkrong dan sebagainya," ucap Aris.

Dia berharap, para orang tua bisa lebih membangun komunikasi yang positif dengan anak maupun guru di sekolah. Pasalnya, kunci keberhasilan pembelajaran adalah pola komunikasi positif apapun metode pembelajarannya. “Untuk guru tentunya harus diubah metode pembelajaran yang sifatnya hanya capaian bukan mutu,” kata Aris.

Jingga 27 Juli 2020, semua sekolah di Kota Bekasi terpantau belum ada yang memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka. Hal itu lantaran berbagai persyaratan untuk menggelar KBM di kelas belum terpenuhi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement