Rabu 29 Jul 2020 16:32 WIB

Kemendikbud: Pandemi Turunkan Kecemasan Guru pada Teknologi

Empat bulan pandemi Covid-19, telah terjadi akselerasi dalam penguasaan teknologi. 

Red: Ratna Puspita
Ilustrasi guru memandu siswa secara daring. Kemendikbud menyatakan mengatakan pandemi Covid-19 menurunkan kecemasan guru pada teknologi yang dibuktikan dengan akselerasi dalam penguasaan teknologi selama empat bulan pandemi Covid-19.
Foto: Dok TK Bosowa Bina Insani
Ilustrasi guru memandu siswa secara daring. Kemendikbud menyatakan mengatakan pandemi Covid-19 menurunkan kecemasan guru pada teknologi yang dibuktikan dengan akselerasi dalam penguasaan teknologi selama empat bulan pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril mengatakan pandemi Covid-19 menurunkan kecemasan guru pada teknologi. Selama empat bulan pandemi Covid-19, ia mengatakan, telah terjadi akselerasi dalam penguasaan teknologi. 

"Waktu empat bulan pada saat ini itu sama dengan empat tahun perkembangan yang terjadi," ujar Iwan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (29/7).

Baca Juga

Dia menambahkan adanya pandemi tersebut membuat kecemasan guru akan teknologi semakin menurun. Hal itu karena guru terbiasa menggunakan teknologi pada saat pembelajaran pada masa pandemi.

Iwan juga menambahkan pandemi tersebut juga membuat perubahan pola pikir pada guru. "Sikap mental nyaman dengan ketidaknyamanan. Situasi pada saat ini sangat tidak nyaman. Ketika kita berdamai dengan itu, nyaman dengan ketidaknyamanan, artinya kemudian melihat hal itu sebagai sebuah hal yang sangat positif sebagai hal yang menantang kita untuk terus belajar, ini sebenarnya budaya inovasi, karena inovasi yang diinginkan, arahan Pak Presiden Jokowi supaya kita melakukan budaya inovasi,” jelas Iwan Syahril.

Perubahan lainnya, yakni sikap pembelajar yang semakin meningkat saat pandemi COVID-19. Guru harus belajar cara baru dalam melakukan pembelajaran.

“Lalu sikap pembelajar, mau untuk belajar. Mau ini harganya sangat mahal. Belajar itu orang yang pintar dan mungkin orang yang punya keterampilan bagus, tapi kalau enggak mau, itu susah, susah sekali untuk bisa bekerja, susah sekali untuk bisa berkembang," ujarnya.

Dia menambahkan, orang yang mau meski tidak terlalu pintar dan keterampilannya tidak terlalu hebat bisa menghasilkan sesuatu yang dahsyat. "Itu semua tantangan insya Allah bisa dihadapi, selama ada kemauan, " jelas dia.

Selain itu, guru tertantang untuk mengubah orientasi yang lebih berpusat kepada muridnya. "Pertanyaannya adalah bagaimana kita, bukan hanya guru dan kepala sekolah, tapi orang tua jadi sangat penting pada saat ini memikirkan situasi yang terpenting bagi anak. Jadi kalau berpijaknya dari sini, sebenarnya kesepakatan dengan orang tua akan lebih mudah terjadi," kata Iwan lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement