REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, mengapresiasi deklarasi gerakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Berakhlak. Gerakan ini dideklarasikan di PT Pegadaian Persero, Jakarta, Senin (3/8).
"Meskipun sebutan akhlak sudah biasa kami dengar, namun kali ini serasa beda karena dimaksudkan menjadi budaya perusahaan (corporate Culture). Jadi semua BUMN harus memiliki nilai budaya perusahaan yang sama, termasuk di PT Pegadaian Persero," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id usai mengikuti deklarasi.
Kiai Cholil menjelaskan, kata "akhlak" memiliki kesan ideologis sebagai perangai sempurna bagi manusia beriman. Karena itu, menurut dia, penamaan gerakan ini memiliki tekanan berdaya keyakinan yang dalam untuk berbudaya kerja.
"Bahasa agamanya adalah ibadah dalam bekerja dan disempurkan secara implmentatif. Nabi SAW berpesan bahwa sebaik-baik orang yang mengerjakan sesuatu adalah yang itqan (profesional), yaitu berkemampuan memadai dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan serius," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengatakan, ada yang berbeda dalam penyebutan akhlak dalam gerakan tersebut, karena maknanya lebih operasional.
"Meskipun budaya kerja perusahaan BUMN dinamai akhlak tapi itu singkatan dari nilai-nilai dan prinsip perusahaan, yaitu Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif (AKHLAK). Itulah enam nilai dasar budaya kerja BUMN menuju Indonesia Maju," ungkapnya.
Kiai Cholil menambahkan, peningkatan hasil perusahaan itu diawali dari sumber daya insani, termasuk peningkatan kinerja itu diawali dari peningkatan budaya kerja. Menurut dia, tidak mudah mempertahankan perusahaan sampai ratusan tahun tanpa ada nilai yang dipegang teguh oleh perusahaan.
"Inilah yang diinginkan dalam Islam, bahwa akhlak agar menjadi dasar penguatan makna hidup. Hanya makna inilah yang membuat manusia mencapai kebaikan dunia dan kemuliaan di akhirat," tutup Kiai Cholil.