REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada perdagangan pagi ini, Rabu (5/8). IHSG melemah sebesar 0,28 persen ke level 5.059,08 setelah sebelumnya sempat dibuka dengan menguat tipis di posisi 5.090,51.
Kepala riset Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, mengatakan IHSG hari ini berpeluang bergerak terbatas meskipun ada sentimen positif dari menguatnya bursa global. Menurutnya, pergerakan pasar saham domestik akan sangat dipengaruhi oleh sentimen-sentimen dalam negeri.
"Para pelaku pasar diperkirakan akan menunggu data PDB Indonesia kuartal II," kata Suria, Rabu (5/8).
Di beberapa negara lainnya, pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi. Di Amerika Serikat (AS), PDB AS kuartal II turun 9,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, dan turun sebesar 32,9 persen secara tahunan.
Di Prancis, pertumbubhan ekonominya mengalami penyusutan hampir 14 persen pada kuartal II 2020. Secara umum, pertumbuham ekonomi di Eropa turun tajam sebesar 12 persen. Sementara di Indonesia, konsensus memperkirakan ekonomi akan turun -4,6 persen (yoy).
Selain menanti rilis PDB kuartal II, menurut Suria, pelaku pasar juga menunggu stimulus-stimulus baru oleh pemerintah untuk mendorong ekonomi. Sentimen positif datang dari adanya gaji ke-13 bagi PNS yang sudah disahkan oleh Kemenkeu, tapi masih menunggu tanda tangan Presiden.
Bursa saham AS pada perdagangan semalam ditutup menguat. Dow naik 0,62 persen, S&P naik 0,36 persen dan Nasdaq naik 0,35 persen. Suria mengatakan, penguatan didukung oleh adanya indikasi stimulus untuk pengangguran di AS yang akan disepakati dalam waktu dekat.
"Jika stimulus berhasil disepakati, maka akan berdampak positif bagi ekonomi dimasa pandemi ini," kata Suria.
Di sisi lain, sentimen positif juga datang dari semakin banyaknya uji klinis vaksin dan obat yang masuk ke uji klinis tahap 3. Perusahaan bernama Eli Lilly di AS tengah memulai uji coba tahap ketiga untuk obat anti-corona. Obat berkode LY-CoV555 ini diyakini bisa mencegah penyebaran virus Covid-19.