Rabu 05 Aug 2020 11:19 WIB

Legislator Setuju Simulasi Pembelajaran Tatap Muka Asalkan..

Ketua Komisi Pendidikan DPR menyatakan anak-anak butuh suasana sekolah.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda
Foto: Dok Istimewa
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembelajaran tatap muka pada masa pandemi Covid-19 mulai disimulasikan di sejumlah sekolah. Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengaku setuju apabila skema pembelajaran tatap muka bagi siswa mulai disimulasikan.

"Saya setuju, psikologis anak-anak butuh suasana sekolah," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (5/8). 

Baca Juga

Kendati demikian, Huda mengingatkan adanya hal-hal yang wajib diperhatikan dalam pelaksanaan simulasi itu. Huda menekankan, penerapan protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan secara ketat dan tidak bisa sembarangan. 

Dalam hal ini, peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) beserta dinas jajaran di bawahnya mutlak diperlukan. Politikus PKB ini mengatakan, Kemendikbud harus memastikan berjalannya level pemberian izin. 

Di samping itu, lanjut Huda, simulasi ini juga tidak boleh dipaksakan pada orang tua. Artinya, sah saja apabila ada orang tua yang tak berkenan anaknya menjalani pembelajaran tatap muka.

"Ketika orang tua siswa tidak mengizinkan anaknya sekolah, Kemendikbud melalui sekolah tetep memastikan pihak sekolah melayani melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ)," kata Huda menegaskan.

Sebagaimana diketahui, sejumlah kota sudah mulai melakukan persiapan pembelajaran tatap muka. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) berencana memulai kembali proses belajar mengajar secara tatap muka pada masa pandemi Covid-19. 

Sebanyak 21 SMP, baik itu swasta maupun negeri yang mewakili lima wilayah sekolah di Surabaya, disiapkan sebagai pilot project. 

Enam sekolah role model di Kota Bekasi jugamulai menjalankan simulasi pembelajaran tatap muka yang melibatkan siswa sejak Senin (3/8). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement