REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Ledakan besar di gudang penyimpanan bahan-bahan eksplosif di pelabuhan dekat Beirut, Lebanon terjadi tiga hari sebelum pengadilan memberikan putusan terhadap empat tersangka dari kelompok Hizbullah. Putusan itu berkaitan dengan pengeboman pada 2005 yang menewaskan Perdana Menteri Rafik al-Hariri dan 21 lainnya.
Hariri meninggal dunia oleh bom truk besar di tepi pantai atau sekitar dua kilometer dari pelabuhan. Sejumlah pejabat Israel mengatakan ledakan yang terjadi pada Selasa (4/8), tidak berkaitan dengan pengadilan terhadap empat tersangka pengeboman pada 2005. Israel menyatakan pihaknya siap memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan medis kepada Lebanon.
Selain itu, Iran yang merupakan pendukung utama Hizbullah juga menawarkan bantuan seperti negara lainnya di regional. Negara-negara barat termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman juga ikut menawarkan bantuan kemanusiaan bagi Lebanon.
Foto-foto yang beredar menunjukkan ledakan telah menghancurkan bangunan-bangunan di pelabuhan yang menjadi pintu masuk utama untuk bantuan pangan. Lebanon bergantung pada impor makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi lebih dari enam juta penduduknya.
Ledakan tersebut mengancam krisis kemanusiaan baru di negara yang menampung ratusan ribu pengungsi Suriah. Selain itu, Lebanon telah mengalami krisis ekonomi berkepanjangan dan memiliki beban utang terbesar di dunia.
Ledakan menewaskan 78 orang dan melukai hampir 4.000 lainnya. Beberapa jam setelah ledakan, api masih tampak berkobar di distrik pelabuhan dan memancarkan cahaya oranye di langit malam saat helikopter terbang di atas lokasi. Selain itu, sirine ambulans terdengar di seluruh ibu kota.
Ledakan besar itu telah memecahkan kaca sejumlah bangunan di wilayah pantai Mediterania. Bahkan efek ledakan mencapai Siprus, sebuah pulau yang terletak 180 mil di seberang laut Beirut. Seorang warga di Nicosia mengatakan rumah dan daun jendelanya bergetar karena ledakan.
Ledakan yang sangat besar membuat warga Beirut kembali terkenang dengan konflik selama perang saudara pada 1975-1990. Mereka mengira efek guncangan yang ditimbulkan dari ledakan itu adalah gempa. Sejumlah orang mencari kerabat mereka di rumah sakit terdekat.