REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dua peneliti dari Fakultas Peternakan UGM memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Digelar secara daring, penghargaan itu diberikan kepada Prof Ali Agus dan Ir Dyah Maharani.
Ali menerima penghargaan karena penelitian dalam pembuatan teknologi fermentasi pakan komplit yang dinamakan burger pakan. Sedangkan, Dyah menerima penghargaan karena penelitian terkait alat penanda DNA.
Dia menerangkan, teknologi fermentasi komplit burger pakan telah dikembangkan sejak 15 tahun terakhir. Pengembangannya didasarkan fakta banyak peternak sapi potong memberi pakan dari limbah pertanian berkualitas nutrisi relatif rendah.
"Umumnya, peternak sapi potong memberi pakan berupa jerami, tebon jagung, dan pakan konsentrat yang berasal dari limbah pertanian dan industri seperti dedak padi, kulit kopi, kakao, dan sebagainya," kata Ali, Sabtu (8/8).
Untuk meningkatkan kualitas nutrisi pakan itu, Ali mengembangkan burger pakan ditambahkan multi mikrobia yang dinamakan saus burger pakan. Fungsinya, tidak lain untuk meningkatkan kualitas nutrisi pakan.
Menurut Ali, saat sapi mengonsumsi pakan dengan penambahan atau perlakuan saus burger pakan, nutrisi dan kecernaannya akan meningkat. Sehingga, pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas ternak.
"Untuk sapi potong dapat mempercepat pertumbuhan ternak," ujar Ali.
Bagi ALi, burger pakan teknologi yang relatif mudah, murah, aman dan cukup baik. Sebab, terbuat dari jerami, padi, dedak gandum, molase dan larutan mikrobia yang sebagian besar cukup mudah didapat dan terjangkau. Fermentasi juga cuma 24 jam.
Fakultas Peternakan UGM sendiri telah mengimplementasikan pembuatan burger pakan ketika erupsi Merapi 2010. Burger pakan ternak menjadi solusi penyediaan pakan ternak berkualitas untuk puluhan ribu sapi milik peternak terdampak erupsi.
Pencatat Rekor MURI lain, Dyah Maharani, menemukan suatu alat untuk menyeleksi ayam-ayam yang akan memproduksi daging dengan kandungan asam lemak tidak jenuh. Memakai marker DNA yang ada dalam gen Stearoyl-CoA Desaturase (SCD).
"Gen ini sendiri berperan sebagai metabolisme asam lemak. Daging ayam diyakini memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang berperan menurunkan low-density lipoprotein (LDL) atau sering disebut sebagai kolesterol jahat," kata Dyah.
Marker DNA sudah dipatenkan di lembaga paten Korea dan bisa mempermudah peternak memilih ayam yang akan dibudidaya. Pola makan modern menunjukkan kecenderungan masyarakat mengonsumsi makanan yang memicu peningkatan kolesterol dalam darah.
"Tanpa pola makan berimbang, perilaku konsumsi dapat memicu penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes dan darah tinggi. Dengan seleksi, ayam-ayam akan memproduksi daging mengandung asam lemak tidak jenuh yang baik untuk kesehatan manusia," ujar Dyah.