Kamis 13 Aug 2020 12:40 WIB

Alasan Perbankan Islam Kian Diminati Non-Muslim di Australia

Non-Muslim Australia juga mulai melirik perbankan-perbankan Islam.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Non-Muslim Australia juga mulai melirik perbankan-perbankan Islam. Ilustrasi perbankan Islam (Ilustrasi)
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Non-Muslim Australia juga mulai melirik perbankan-perbankan Islam. Ilustrasi perbankan Islam (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Perbankan Islam telah menjadi fitur yang berkembang dari keuangan internasional selama bertahun-tahun. Dan sekarang perbankan Islam juga tengah diperkenalkan di Australia.

Dilansir dari laman ABC News Kamis (13/8), Sekelompok Muslim-Australia dan industri veteran berada di belakang upaya untuk mendirikan bank Islam pertama di negara itu, sebagai alternatif etis untuk perbankan konvensional.  

Baca Juga

Bank syariah tidak berurusan dengan bunga. Sebab hal ini dilarang Alquran. Kemudian mengalihkannya dengan menggunakan perjanjian bagi hasil untuk menghasilkan pendapatan.

Lembaga ini akan menambah lanskap layanan keuangan yang sesuai dengan budaya, dan membawa Australia sejalan dengan sektor global yang bernilai triliunan dolar. Para pendukungnya mengatakan bahwa non-Muslim kemungkinan juga menganggap kesadaran moral perusahaan rintisan itu menarik.  

Adapun bank syariah beroperasi di banyak negara di dunia, termasuk Malaysia, Indonesia, dan Inggris. Perbedaan utama dengan bank konvensional yakni ini tidak berurusan dengan riba, atau bunga. Riba tersebut dilarang dalam Alquran.

Mereka percaya bahwa keuntungan harus datang dari materi dan tenaga kerja nyata. Sedangkan riba menghasilkan uang dengan menukar uang, dan tidak memberikan imbalan apa pun.

Sebaliknya, bank membuat perjanjian bagi hasil dengan pelanggan. Jika peminjam, katakanlah, sebuah bisnis, mendapat untung, mereka membaginya dengan bank tetapi jika ada kerugian, bank tidak menghasilkan uang.

Di samping itu, berurusan dengan produk seperti perjudian, tembakau dan alkohol juga dilarang. Keyakinan inti inilah yang menginspirasi Rashid Raashed untuk mendirikan kelompok Islamic Banking Australia (IBA) delapan tahun lalu. "Saya ingin memberikan alternatif bagi mereka yang ingin hidup setia pada keyakinan mereka," kata Dr Raashed.

Sarjana hukum dari Macquarie University telah mengerjakan berbagai produk, dan layanan keuangan yang sesuai dengan peraturan Syariah dan Australia. Otoritas Peraturan Prudensial Australia saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan IBA lisensi terbatas untuk melayani basis pelanggan kecil.

Institusi tersebut akan mengarah ke digital, menawarkan akun transaksi, deposito dan pembiayaan rumah, dengan rencana untuk akhirnya bercabang menjadi pinjaman usaha kecil. Membuka IBA untuk bisnis, akan menjadi kemenangan bagi lebih dari 600 ribu lebih Muslim yang tinggal di Australia.

"Multikulturalisme akan benar-benar dihayati. Ini akan membawa sedikit keragaman dan model lain bagi mereka yang tertarik dengan perbankan etis," kata Raashed.

"Saya merasa bahwa kami telah melakukan sesuatu yang baik untuk semua warga Australia," lanjutnya.

Muslim-Australia sudah dapat mengakses produk yang sesuai dengan Syariah melalui berbagai institusi tetapi pasarnya masih berkembang. Muzzammil Dhedhy dari Hejaz Financial Services mengatakan, pembukaan bank syariah akan menjadi pencapaian yang signifikan bagi masyarakat.

"Muslim-Australia benar-benar memiliki pilihan terbatas dalam hal layanan sesuai Syariah yang juga memberikan hasil keuangan yang tepat yang dicari klien," kata Dhehdy.

Akan tetapi, Dhedhy mengatakan, pelanggan juga mencari produk yang berkualitas. "Itu adalah standar baru yang ditetapkan Muslim-Australia untuk penyedia layanan," ucapnya.

"Seorang Muslim sudah dapat mengakses rekening tabungan tanpa bunga di bank konvensional, jadi tergantung apakah bank Islam akan memberikan hasil yang diinginkan pelanggan selama ini," kata Dhedhy.

Hal ini merupakan usaha yang telah menarik minat beberapa veteran industri, baik di perbankan konvensional maupun syariah.

Pendiri ME Bank, Anthony Wamsteker, menjabat sebagai ketua IBA Group, sementara direktur Sultan Choudhury diangkat menjadi Pejabat Kerajaan Inggris untuk mempromosikan keuangan Islam di Inggris.

Kepala eksekutif IBA, Dean Gillespie, merupakan mantan kepala penjualan pinjaman untuk Commonwealth Bank, dan telah bekerja dalam peran senior di Bankwest, dan perbankan ritel di luar negeri.

Dia mengatakan, kesempatan untuk membangun model baru perbankan di Australia menginspirasi dia untuk terlibat. "Kesempatan untuk membangun sesuatu dari nol yang akan sangat membantu suatu segmen masyarakat sangat menarik bagi saya," kata dia.

Dengan daftar tunggu pelanggan lebih dari 1.000 orang, Gillespie mengatakan, bahwa selera masyarakat itu nyata. "Ada juga peluang bagi merek penantang di ekosistem Australia. Orang-orang telah lama bersinggungan dengan bank-bank besar," kata Gillespie. Grup tersebut bertujuan untuk mendapatkan lisensi penuh pada 2021.

Sumber:   https://www.abc.net.au/news/2020-08-12/islamic-banking-australias-ethical-alternative-to-the-big-four/12531810 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement