Jumat 14 Aug 2020 11:06 WIB

Milenial di Garut Diajak Tekuni Sektor Pertanian

Petani milenial menguasai teknologi hingga memiliki akses pasar yang kuat.

Usaha di sektor pertanian dinilai memiliki prospek yang menjanjikan bagi generasi milenial (Foto: ilustrasi sayuran organik)
Foto: Piqsels
Usaha di sektor pertanian dinilai memiliki prospek yang menjanjikan bagi generasi milenial (Foto: ilustrasi sayuran organik)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum milenial yang cenderung akrab dengan teknologi terkini diajak untuk terjun menjadi wirausaha pertanian. Hal itu sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan kaum milenial sangat prospektif untuk diajak menggarap sektor pertanian. Baik sebagai petani muda maupun wirausaha muda.

Baca Juga

“Petani milenial ini sangat dinamis. Mereka menguasai teknologi hingga memiliki akses pasar yang kuat," kata Dedi Nursyamsi, Kamis (13/8).

Dedi juga menegaskan, status milenial sebagai penerus pembangunan pertanian di Indonesia. Di sisi lain, generasi milenial memiliki peran menonjol di beberapa wilayah, sekaligus bisa meningkatkan produksi pertanian dan mendorong kesuksesan gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani).

Dedi mencontohkan di sejumlah daerah, misalnya,Cianjur yang petani milenialnya menonjol. Ada pula Garut di Jawa Barat yang sangat responsif dan memiliki strategi dalam melibatkan milenial secara masif.

"Kaum milenial sekarang harus bergabung menggeluti bisnis pertanian yang sangat menjanjikan. Kalau petani milenial tumbuh maksimal, maka ke depan pertanian semakin cerah dan menjanjikan," mata Dedi.

Ia mendorong program Kostratani di Garut yang melibatkan kaum milenial dan diluncurkan pada Kamis (13/8) di Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Samarang dan BPP Tarogong.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengungkapkan, optimalisasi potensi kaum milenial bertujuan untuk mengurangi problem ketersediaan tenaga kerja. Anak muda dinilai dinamis dengan beragam inovasi dan kreativitasnya.

"Dengan potensi yang dimiliki Garut, kami akan mendorong para milenial agar mau bertani. Sebab, pertanian ini sangat menjanjikan. Apalagi, posisi pertanian sangat stabil di tengah pandemi COVID-19. Kami yakin, kalau milenial dilibatkan secara maksimal, maka produktivitas pertanian di sini akan semakin naik. Mereka itu kreatif dan penuh inovasi," ucap Rudy.

Meski memiliki potensi besar, namun Garut dihadapkan pada problem klasik. Rudy menambahkan, Garut kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk mendukung produktivitas pertanian.

Sebab, banyak warga Garut khususnya tenaga muda produktif lebih memilih merantau ke wilayah lain. Padahal, satu sisi Garut memiliki luas lahan produktif yang menjanjikan.

"Luas lahan produktif di Garut sebenarnya sangat potensial. Tanahnya juga subur. Ada banyak komoditas yang dihasilkan. Lahannya juga luas. Tapi, masalahnya tidak ada yang mau mengerjakan. Para pemuda lebih suka merantau. Mereka mencari pekerjaan di luar Garut sebagai tukang," lanjut Rudy.

Saat ini, Garut memiliki potensi pertanian untuk beragam komoditas seperti padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, hingga kacang hijau. Kota Dodol itu juga terkenal sebagai sentra bawang.

“Kami akan mematenkan pertanian sebagai primadona. Kami juga akan meningkatkan produktivitas menurut indeks pertanaman. Strategi lainnya adalah menaikan indeks pertanaman hingga melakukan gerakan besar dengan pertanian sebagai basisnya,” katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement