REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat laba bersih sebesar Rp 4,46 triliun pada semester satu 2020. Angka ini turun 41,54 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,63 triliun.
Direktur Layanan dan Jaringan BNI Adi Sulistyowati mengatakan perseroan berupaya melewati paruh pertama tahun 2020, yang penuh tantangan akibat pandemi Covid–19.
“Perlambatan kinerja ekonomi Indonesia dan global secara bersamaan, dengan capaian yang cukup baik dan melampaui perkiraan sebelumnya,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Selasa (18/8).
Dari sisi aset, perseroan mencatatkan Rp 880,12 triliun atau tumbuh 4,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 843,21 triliun. Adapun pertumbuhan aset ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 11,3 persen menjadi Rp 662,38 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 595,07 triliun.
Kemudian, perseroan juga berupaya menghimpun DPK yang didorong dana murah untuk memperbaiki cost of fund hingga akhir tahun ini. Tercatat cost of fund sebesar 2,9 persen membaik 30 basis point dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen.
“Membaiknya cost of fund mendorong penurunan beban bunga pada semester pertama sebesar 5,6 persen yoy, sehingga di tengah kondisi bisnis yang menantang akibat pandemi ini, BNI dapat menjaga NIM pada level 4,5 persen,” ucapnya.
Di samping itu, perseroan juga melakukan langkah-langkah efisiensi pemakaian beban operasional, pertumbuhannya ditekan sebesar 0,3 persen. Penghematan tersebut dilakukan terutama dengan mengendalikan biaya-biaya variable yang disebabkan adanya penyesuaian operasional dan proses bisnis pada masa pandemi.