Kamis 20 Aug 2020 17:40 WIB

Masih Ada Broken Link Kampus dan Industri

Perlu dilakukan revolusi pendidikan yang cocok dengan kebutuhan industri.

Rep: Inas Widyanuratikah  / Red: Ratna Puspita
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam mengatakan selama ini masih adanya broken link antara industri dan perguruan tinggi. Terkait hal ini, perlu dilakukan revolusi pendidikan yang cocok dengan kebutuhan industri. 

"Jangan sampai terjadi broken link, perguruan tinggi dinilai tidak fit dengan dunia kerja, link and match tidak terjadi, karena dunia kerja berjalan dengan alurnya sendiri, mengutamakan efisiensi dan persaingan yang tinggi dengan melahirkan teknologi terbaik dan harga termurah," kata Nizam, dalam keterangannya, Kamis (20/8). 

Baca Juga

Sementara, lanjut dia, kampus mempersiapkan kompetensi yang ada saat ini. "Untuk itu perlu dilakukan revolusi pendidikan, jika biasanya fit to industry dengan mempersiapkan sekrup-sekrup kebutuhan industri, kini mahasiswa punya jalan tangannya berbeda, dengan istilah student centered learning. Dosen tidak menjadi satu satunya ilmu tapi jadi co-creator bersama mahasiswa," ujar Nizam.

Ia berpendapat, kampus adalah tempat transisi dari dunia pendidikan ke dunia nyata atau dunia kerja. Jika bersama-sama digarap maka tidak akan terjadi kesenjangan diantara keduanya. 

"Jangan sampai lulusan perguruan tinggi tidak siap dengan dunia industri. Karena dunia kerja berkaitan dengan efisiensi dan membutuhkan skill. Cara mengatasinya adalah dengan melakukan revolusi di bidang pendidikan," kata dia lagi.

Student centered learning merupakan salah satu contoh revolusi pendidikan. Metode tersebut berarti pusat pembelajaran tidak hanya terpaku pada dosen sebagai fasilitator sumber ilmu, tetapi juga mahasiswa harus siap berkreasi lintas keilmuan dan memiliki karakter yang kuat. Diharapkan mahasiswa tidak mudah terombang-ambing dengan kemajuan zaman.

Nizam menjelaskan dengan menghadapi dunia yang terus berubah, sudah sepatutnya kampus ikut menyesuaikan perubahan tersebut. "Pada esensinya jika kita menghadapi dunia yang berubah maka kampus harus berubah, tidak bisa diam. Saat ini kita dapat melihat bahwa sumber ilmu yang kita rancang masih sepenuhnya bersumber dari dosen, padahal alangkah lebih baiknya mahasiswa mendapat sumber ilmu lain dari sumber manapun," kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement