Jumat 21 Aug 2020 00:18 WIB

Melindungi Si Pemalu Badak Jawa di Ujung Kulon

Saat ini hanya ada 72 satwa badak jawa yang tercatat dan terancam punah.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Agus Yulianto
Badak Jawa
Foto: WWF Indonesia
Badak Jawa

REPUBLIKA.CO.ID, Ungkapan 'muka badak' bagi orang yang tidak tahu malu disebut tidak tepat karena satwa badak justru adalah hewan pemalu. Hal ini diungkapkan Kepala Seksi wilayah II Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Ujang Acep yang setiap hari bergumul dalam pelestarian badak jawa.

Adanya pandemi covid-19 dikatakannya justru memberikan dampak baik bagi satwa ini karena habitatnya tidak lagi terusik manusia. Petugas taman nasional banyak mendapati badak berani keluar untuk mandi di laut yang sebelumnya tidak pernah menunjukkan hal serupa.

"Ketika covid-19 ini badak mau keluar di daerah Cigenteur untuk mandi, ngasin istilahnya. Di daerah Peucang juga badak berani keluar ke pinggir laut, ini kemungkinan karena jarang manusia yang mengganggu," kata Ujang Acep, Kamis (20/8).

Perilaku ngasin ini disebutnya merupakan kebiasaan badak untuk mengobati luka dan membersihkan tubuhnya. "Ngasin itu kan karena badak buruh garam ya, logika saya badak itu kan kalau ada luka bisa jadi menetralisir tubuhnya," katanya.

Keberadaan manusia yang memasuki TNUK, menurut Acep, memang sangat mengganggu habitat badak jawa yang sangat pemalu. Meskipun hingga kini belum ada indikasi perburuan badak oleh pemburu yang datang ke habitat badak di taman nasional.

"Pemburu juga beberapa kali mengambil kamera trap (kamera pemantau badak) karena intinya keberadaan mereka nggak mau diketahui. Mereka yang terlihat berburu burung, kancil yang secara tidak langsung mengganggu badak, meskipun kalau perburuan badak indikasinya belum kami temukan," tuturnya.

Menurutnya, saat ini hanya ada 72 satwa badak jawa yang tercatat oleh taman nasional dan terkategori hewan terancam punah. Untuk itu pihaknya secara rutin memantau kondisi badak secara berkala melalui pemantauan langsung dan melalui 93 kamera pemantau yang dipasang di jalur lintasan badak.

"Adanya pemburu liar di taman nasional juga jadi target Rhino Protection Unit (RPU) yang saat ini ada empat unit. Satu unit ada enam orang yang tugasnya mengamankan badak, saat turun mereka terjun ke lapangan langsung yang dibagi ke Utara dan Selatan taman nasional," ujarnya.

Acep juga menjelaskan, saat ini, kondisi populasi badak menunjukkan hasil yang baik dengan adanya kelahiran satwa baru dan minimnya kematian badak. "Badak populasinya Alhamdulillah naik, selama kita tidak temukan dalam kondisi mati meskipun tidak terlihat pantauan kamera kita anggap hidup," ujarnya.

Badak Sulit Ditemui

Sementara Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TNUK, Asep Yayus Firdaus mengisahkan, selama bertugas di TNUK sejak 2001 lalu hanya dua kali dirinya bisa melihat langsung badak jawa. Badak disebutnya adalah hewan yang sangat tajam indera penciumannya sehingga akan segera kabur jika mencium keberadaan manusia.

"Selama bertugas saya cuman baru melihat dua kali, ada satu ketika sedang kegiatan pengambilan sampel kotoran badak untuk jadi sampel penelitian. Badak lagi berkubang, mungkin merasa terganggu oleh kita jadi lari jadi kita tidak lihat utuh," ujarnya.

Jika pun petugas bertemu badak di lapangan, pihaknya akan lebih memilih untuk menghindari hewan ini karena tubuhnya yang besar."Kita kalau ketemu juga bukan yang paling berani mendekat, justru takut karena tingginya saja 170 sentimeter," katanya.

Petugas TNUK disebutnya lebih sering menemukan bekas jejak kaki badak yang mempunyai keunikan tersendiri dibanding melihat langsung badak. Setiap jejak kaki badak biasanya disertai dengan bau urin yang bisa menandakan seberapa lama badak tersebut melintasi sebuah area.

"Badak itu kan bau, ketika menemukan tapak kaki badak yang masih bau berarti badak itu masih dekat, urinnya juga bisa berganti warna sesuai berapa lama itu dikeluarkan. Kalau memang ada yang niat mau melihat badak biasanya 10 hari minimal pengamatan tidak mandi, juga lihat arah angin biar tidak twrcium badak," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement