REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Suku Dinas (Sudin) Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Selatan akan memeriksa soal keberadaan spanduk dan baliho bertema Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab. Sebab spanduk dan baliho tersebut tersebar di beberapa jalan protokol dan di dalam permukiman warga.
“Saya akan cek dulu bersama pamdal. Terutama yang ada di jalur hijau dan jalan protokol,” ujar Kepala Sudin Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Selatan, Winarto ketika dihubungi Republika, Kamis (20/8).
Winarto mengatakan, Sudin Pertamanan dan Hutan Kota hanya bertanggung jawab pada spanduk dan baliho yang terpampang di jalan protokol atau jalan utama. Terutama yang dipasang di pohon-pohon.
Berbeda dengan spanduk dan baliho yang juga tersebar di pemukiman warga. “Kalau di lingkungan warga, itu sudah jadi kewenangan kelurahan masing-masing,” kata Winarto.
Nantinya, Winarto menjelaskan spanduk dan baliho tersebut akan dicek keberadaannya. Jika spanduk dan baliho yang tersebar tidak memiliki izin, maka Sudin Pertamanan dan Hutan Kota akan membuat surat laporan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) atau Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) selaku pihak yang berwenang.
“Karena kami prinsipnya enggak bisa menegakkan hukum, Satpol PP yang punya kewenangan,” ujar Winarto.
Dia menuturkan sempat beberapa kali melihat baliho dengan wajah Habib Rizieq. Namun Winarto tidak menyangka jika baliho tersebut tersebar di sejumlah titik di Jakarta Selatan. Sehingga dia akan menindaklanjuti spanduk dan baliho tersebut.
“Nanti akan kami koordinasikan. Pelanggaran atau tidak, bukan wewenang saya. Selain cek baliho-baliho, biasanya kami juga akan cek galian-galian liar,” lanjutnya.
Sebelumnya, sejumlah spanduk dan baliho dengan wajah Habib Rizieq tersebar di sejumlah titik di Jakarta Selatan. Seperti di Jalan Raya Fatmawati, Jalan Caringin Utara, dan Jalan Terogong Raya. Spanduk dan baliho dengan tema dan desain yang hampir sama, dan tersebar secara masif menimbulkan pertanyaan dari warga.
“Sebenarnya saya enggak terganggu yang gimana-gimana ya. Tapi lebih ke mempertanyakan saja, apa tujuannya dan kenapa bisa semasif itu,” ujar salah seorang warga, Adinda (27) yang sempat ditanya Republika beberapa waktu yang lalu.