REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Percepatan pemulihan sektor pertanian, pascagempa, dan likuefaksi di Sigi, Sulteng butuh dukungan. Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapatta mengakui sektor pertanian bergantung dari irigasi, belum sepenuhnya pulih.
“Masih banyak yang terkendala, dimana masih banyak kerusakan pascagempa yang hingga saat ini belum rampung,” ungkap Irwan di Sigi, Jumat (21/8).
Sebelum adanya bencana gempa dan likuefaksi 28 September 2018 silam, kata Bupati, Sigi merupakan daerah yang unggul dengan sektor pertanian.
Namun, pascagempa sebagian besar pertanian Sigi terdampak karena rusaknya infrastruktur pertanian.
Irwan mengatakan Pemkab Sigi memohon bantuan Pemprov Sulteng tidak hanya memulihkan lahan pertaniannya, tetapi juga petaninya agar cepat bangkit dan sejahtera pascagempa.
Permohonan itu disampaikan langsung Irwan kepada Gubernur Sulteng Longki Djanggola, di Palu, pada 18 Agustus 2020 di ruang kerja Gubernur.
Terkait dengan permohonan itu, Gubernur Sulteng Longki Djanggola memerintahkan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk fokus membenahi pertanian Sigi, demi percepatan pemulihan pascabencana.
Gubernur juga memerintahkan Dinas Tanaman Pangan Sulteng untuk memperhatikan petani-petani yang terdampak gempa, dan likuefaksi, serta yang terdampak COVID-19 untuk dibantu.
Longki mengatakan petani menjadi ujung tombak dalam pemulihan sektor pertanian, sekaligus menjadi salah bagian terpenting dalam peningkatan ekonomi pada sektor pertanian.
Pemkab Sigi melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) mengemukakan ratusan hektare lahan pertanian di Sigi saat ini belum dapat diolah karena kesulitan air.
"Salah satu cara untuk memudahkan petani bisa mengolah lahan pertanian yakni membangun sumur dangkal, agar lahan-lahan yang kering bisa diliri air," kata Kepala Dinas TPHSigi Mulyadi.