Rabu 26 Aug 2020 19:35 WIB

TMC Dioptimalkan Cegah Karhutla Hingga Awal Tahun

Ada kemungkinan cuaca panas berlangsung hingga Januari-Februari 2021.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG. Ilustrasi
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) akan terus dilakukan hingga awal tahun depan. Hal ini mengingat meskipun ada musim hujan, namun ada kemungkinan cuaca panas berlangsung hingga Januari-Februari 2021.

"Kalau begitu, kita tidak bisa menyebut TMC hingga bulan Oktober 2020. TMC perlu kita teruskan sambil melihat kondisi sampai tidak perlu dilakukan," kata dia dalam keterangan yang diterima Republika, Rabu (26/8).

Keberadaaan teknologi yang memungkinkan kemampuan membaca tanda-tanda alam harus betul-betul dioptimalkan. KLHK bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan TNI Angkatan Udara juga pakar iklim dari IPB University akan mengikuti dan mengembangkan teori dan teknologi yang mendukung pencegahan karhutla ini.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pengandalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK Ruandha Agung Sugardiman, menyampaikan operasi TMC yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir berhasil menurunkan jumlah titik panas/hotspot.

"Pemantauan selama hampir satu bulan penuh ini, di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan tidak muncul titik panas. Sementara di Kalimantan Barat, sempat muncul beberapa titik panas pada 13 Agustus 2020, yang segera diatasi dengan operasi TMC untuk mencegah potensi asap lintas batas," ujar dia.

Mendukung hal tersebut, Deputi Bidang Teknologi Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Anantasena mengatakan agar efektivitasnya optimal, TMC perlu dilakukan dari sebelum memasuki musim kemarau. Ia menjelaskan TMC periode Juli Agustus tidak sebesar pada sebelum Mei karena kondisi yang sudah mulai kering.

"Menyemai awan sebelum musim kemarau datang itu lebih banyak menghasilkan curah hujan," ungkapnya.

Inas Widyanuratikah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement