Jumat 28 Aug 2020 13:53 WIB

Konsep Jabatan PM Malaysia Dua Periode Digagalkan

Oposisi kesal dengan pemerintah Malaysia yang gagalkan pembatasan masa jabatan PM.

PM Malaysia Muhyiddin Yassin
Foto: EPA
PM Malaysia Muhyiddin Yassin

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR  -- Partai oposisi di Malaysia menyesalkan tindakan pemerintah yang menarik kembali amandemen konstitusi pembatasan jabatan perdana menteri dua periode. Pernyataan tersebut disampaikan anggota parlemen dari partai oposisi Fahmi Fadzil (Partai Keadilan Rakyat/Keadilan), Khalid Samad (Partai Amanah Negara/Amanah) dan Liew Chin Tong (Partai Tindakan Demokratik/DAP) di Kuala Lumpur, Jumat.

"Majelis Sekretaris Pakatan Harapan amat kesal dengan tindakan pemerintah yang menarik kembali amandemen konstitusi yang membatasi jabatan Perdana Menteri menjadi dua periode," katanya.

Baca Juga

Mereka mengatakan peluang keemasan melaksanakan reformasi yang amat bermakna telah disia-siakan dan dibuang begitu saja oleh Pemerintah Perikatan Nasional.

"Di antara tujuan utama Pakatan Harapan mengusahakan amandemen ini adalah untuk memastikan seorang individu tidak memegang jawatan Perdana Menteri untuk tempo terlalu lama yang memungkinkan dia boleh mengambil kesempatan terhadap kedudukan tersebut selama memegang jabatan politik utama negara," katanya.

Hal tersebut termasuk juga memungkinkan mereka mempunyai kesempatan untuk menutup penyelewengan yang dilakukannya. "Secara tidak langsung juga, amandemen tersebut diharapkan akan dapat memberi peluang kepada lebih banyak pimpinan politik baru untuk berkhidmat sebagai Perdana Menteri dan menutup kemungkinan budaya pendewaan seseorang pemimpin," katanya.

Mereka mengatakan sikap kembali ke belakang ini membuktikan bahwa pemerintah tidak ada "falsafah perjuangan". Para penguasa hanya berminat memegang kuasa dan tidak mempunyai wawasan atau visi yang lebih besar untuk memastikan demokrasi senantiasa subur di bumi Malaysia. Pemerintah Malaysia belum memberikan tanggapan terhadap sikap oposisi tersebut

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement