Selasa 08 Sep 2020 21:35 WIB

FTUI: Pandemi Covid-19 Buka Peluang Redesign Ibu Kota

Redesign agar kota sesuai dan siap dengan fenomena pandemi.

Pemindahan ibu kota (ilustrasi). Pandemi Covid-19 ini menjadi kesempatan baik untuk kembali mendefinisikan rancangan sebuah kota (redesign) yang baik, khususnya pada ibu kota negara.
Foto: Republika/Mardiah
Pemindahan ibu kota (ilustrasi). Pandemi Covid-19 ini menjadi kesempatan baik untuk kembali mendefinisikan rancangan sebuah kota (redesign) yang baik, khususnya pada ibu kota negara.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pakar Perancangan Kota Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Ir Antony Sihombing MPD, PhD mengatakan pandemi Covid-19 ini menjadi kesempatan baik untuk kembali mendefinisikan rancangan sebuah kota (redesign) yang baik, khususnya pada ibu kota negara. Redesign agar kota sesuai dan siap dengan fenomena pandemi.

"Para ahli dan perancang kota tentunya punya visi bagaimana proses penyesuaian itu akan tetap menjaga bahkan meningkatkan kualitas ibu kota negara yang baru," kata Antony Sihombing dalam keterangannya, Selasa (8/9).

Baca Juga

Selain itu, konsep smart city tentunya memainkan peranan penting dalam kehidupan di era adaptasi kebiasaan baru. Penggunaan Information Technology (IT) dan Artificial Intelligence (AI) yang semakin maju tentunya turut menentukan kota-kota di masa depan.

"Arsitek dan perencana kota juga berhubungan dengan bidang kesehatan. Perancangan yang kami buat diarahkan untuk membuat tempat kehidupan manusia yang memenuhi kesehatan masyarakat, nyaman dan aman.

Menurut dia kebijakan physical distancing juga mengubah standar ruang kerja dan dalam konteks yang lebih luas, mengubah nilai ekonomi suatu bangunan. Faktor risiko penyebaran penyakit menjadi penting dalam menentukan arah bisnis perkantoran dan retail secara signifikan.

Ia juga menguraikan bahwa bangunan-bangunan yang ada di kota perlu adaptasi kembali penggunaannya (adaptive reuse). Menurutnya, tingkat hunian perkantoran, pertokoan/mal di perkotaan menurun drastis.

"Maka kita perlu mempertimbangkan kembali fungsi ruang kantor, ruang aula, auditorium, cinema besar harus menjadi apa?" kata dia

Misalnya, ia mengatakan, dengan berkurangnya penggunaan lapangan parkir mobil (terbuka) akibat pembatasan protokol kesehatan, perlu dipikirkan adaptive reuse untuk fungsi lain. Misalnya, drive-in cinema atau drive through sunday market untuk waktu-waktu tertentu serta memperbanyak taman-taman kota, RPTRA, dan mengarahkan pembangunan berorientasi lingkungan hijau dan biru.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement