REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Habib Umar merupakan sosok yang mencintai ilmu pe ngetahuan. Rasa cinta itu juga menjadi dasar metode dak wahnya, yang menggunakan pendekatan mengayomi, alih-alih dogmatis. Dapat dikatakan bahwa kepribadian Habib Umar ini sejalan dengan pola pengasuhan dari keluarganya yang juga alim ulama.
Ayahnya, Habib Muhammad bin Salim, merupakan dai yang terpan dang di tengah masyarakat Hadrami. Sosok ini juga dikenal luas sebagai mufti mazhab Imam Syafii. Selain Habib Umar, dia juga memiliki putra, yakni Habib Ali Masyhur. Sebagaimana sang adik, Habib Ali Masyhur pun berperan besar dalam dakwah Islam, khususnya selaku ahli fikih di Tarim.
Mengutip laman Rabithah Alawiyah, Habib Umar sudah piawai berdakwah sejak berusia 15 tahun. Hal ini lantaran dia telah mendalami ilmu-ilmu agama sejak masih anak-anak, khususnya di bawah arahan orang tua dan lingkungan sekitarnya yang alim ulama. Cintanya terhadap dunia dakwah terbina dengan mulamula menghafalkan Alquran dan senang duduk di majelis-majelis.
Oleh karena itu, begitu ayahnya wafat, Habib Umar dapat dikatakan siap melanjutkan estafet dakwah Islam yang telah digariskan hingga nasabnya sampai pada Rasulullah SAW. Seperti te lah disinggung sebelumnya, sang ayah mati syahid ketika Ha bib Umar masih berusia sembilan tahun. Metode dakwah Habib Umar yang merangkul banyak kalangan, agaknya terpengaruh oleh kecintaan nya terhadap dunia sastra.
Bah kan, Habib Umar menulis sejumlah sajak yang antara lain meng gambarkan keindahan budi pe kerti Rasulullah SAW. Satu kar yanya yang paling terkenal adalah Maulid adh-Dhiya' al-Lami' (Cahaya yang Terang Benderang) yang terdiri atas syair-syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW. Nara sinya juga menghadirkan sejarah kelahiran dan dakwah Rasulullah SAW. Di Indonesia, kitab ini lebih dikenal sebagai Maulid al- Habib Umar.
Kepiawaiannya mengarang sajak tidak hanya berkaitan dengan sirah nabawiyah, melainkan juga peribahasa yang mengandung unsur didaktis. Tidak kurang dari seribu alinea atau ratusan ribu bait puitis kata-kata sang habib. Se mua itu juga telah dibukukan sebagai pesan nasihat.
Kata-kata nya melembutkan hati sekaligus membuka pikiran sehingga dapat lebih berkhidmat pada dunia dakwah Islam. Pendekatan sastrawi ini juga mewarnai dakwahnya ke mancanegara, mulai dari Haramain, Suriah, Mesir, Afrika, Indonesia, hingga Eropa dan Ame ri ka.
Dilansir dari Rabithah Alawiyah, tiap bulan Muharram Habib Umar menyambangi Indonesia. Adapun syair-syair sang habib dapat dinikmati tidak hanya melalui buku, melainkan juga rekaman video atau suara di keping CD atau data multimedia. n ed: erdy nasrul
KARYA HABIB UMAR
Is'afut Thalibi, Ridhal Khalaq bi Bayan Makarimil Akhlaq, Taujihatut Thullab, Syarh Mandzumah Sanad al-'Ulwi Adz-Dzakirah al-Musyarrafah, Dhiyaullami' Bidzikri Maulidin Nabi asy-Syafi'i, Khuluquna, Khulasoh Madad an-Nabawiy, Syarobut Thohur fi Dzikri Siratu Badril Budur, Taujihat Nabawiyah, Nur'aliman, Almukhtar syifa alsaqim, Al-washatiah, Mamlakatul Qa'ab wa al-'Adha', Muhtarul Hadits, Durul Asas, Tsaqafatul Khatib.