Kamis 10 Sep 2020 04:53 WIB

Pandemi Covid-19 Ganjal Pembangunan Kembali WTC

Pembangunan kembali World Trade Center kini terganjal situasi pandemi Covid-19

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Proyeksi gedung One WTC dalam lingkungan Kota New York. Pembangunan kembali World Trade Center kini terganjal situasi pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: MYSPACE.COM
Proyeksi gedung One WTC dalam lingkungan Kota New York. Pembangunan kembali World Trade Center kini terganjal situasi pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saat reruntuhan World Trade Center di New York membara setelah serangan 11 September 2001, para skeptis meragukan bangunan itu bisa bangkit kembali. Sekarang menjelang peringatan 19 tahun 9/11, visi besar itu  sebagian besar telah terwujud.

Setelah Menara Kembar dan bangunan sekitarnya dihancurkan oleh al-Qaeda, ekonomi Manhattan bagian bawah hancur. Peristiwa ini menewaskan hampir 3.000 orang hari itu.

Baca Juga

Tapi, dari peristiwa penghancuran itu sebuah rencana lahir dan metamorfosis yang panjang mengubah zona bencana menjadi lubang raksasa. Kemudian wilayah ini menjadi situs konstruksi dengan biaya sekitar 25 miliar dolar AS, sebuah objek wisata dan pusat bisnis dengan tiga gedung pencakar langit, pusat transportasi, museum, dan tugu peringatan.

Visi yang ditetapkan dalam perancangan pada 2003 oleh arsitek Daniel Libeskind mendorong kebangkitan kembali yang telah mendiversifikasi ekonomi lokal yang sebelumnya bergantung pada keuangan. Menurut Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey, sektor publik dan swasta yang menginvestasikan dana miliaran tersebut untuk rekonstruksi.

"Semua orang yang datang ke New York ingin datang ke Ground Zero. Itu adalah pusat kota New York. Ini adalah ruang publik yang bagus,"  kata Libeskind.

Ground Zero menjadi tugu peringatan sekaligus tujuan rekreasi. Pengunjung yang tersendat ke museum atau tugu peringatan 9/11 bisa melangkah ke lapangan terbuka berisi anak-anak yang makan es krim atau pengunjung luar kota yang mengagumi menara berlapis kaca.

One World Trade Center yang merupakan gedung tertinggi di Amerika Serikat (AS) dengan ketinggian 541 meter dan dibangun dengan pangkalan tahan bom. Keputusan ini diambil karena World Trade Center yang lama telah diserang dalam pengeboman truk pada 1993.

Pada jantung wilayah itu, terdapat dua kolam refleksi yang dirancang oleh Michael Arad, menandai jejak kaki Menara Kembar yang pernah berdiri. Kolam tersebut memiliki sepasang air terjun empat sisi yang mengalir ke jurang dengan nama-nama korban 9/11 terukir di pinggiran perunggunya.

Nostalgia atas Menara Kembar tumbuh setelah mereka dihancurkan bersama dengan begitu banyak nyawa yang tidak bersalah. Meski begitu, dulu gedung tersebut tidak memiliki arti lebih bagi sekitarnya.

Selesai pada 1970-an, World Trade Center menggantikan lingkungan yang dikenal sebagai Radio Row dengan blok besar berisi Menara Kembar dan yang lainnya. Situs itu sering disebut alun-alun yang berangin.

"Masalah dengan World Trade Center adalah tidak pernah sebaik itu. Apa yang muncul adalah kawasan pusat bisnis yang sekarang menjadi model abad ke-21 sebagai lawan dari semacam artefak sejarah abad ke-20," kata mantan pejabat perencanaan kota yang bekerja pada pembangunan kembali situs baru tersebut, Carl Weisbrod.

Pembangunan ulang dengan segala penawaran tetap melahirkan kritik. Hasil akhir pembangunan wilayah World Trade Center dinilai masih kekurangan perumahan yang terjangkau dan menyesali tidak adanya jalur kereta api langsung ke bandara regional utama. Kritikus bidang arsitektur menyebut One World Trade Center tidak bersemangat.

"Mereka melakukan pekerjaan yang sangat bagus dengan merajutnya kembali ke kota, tetapi tetap menghormati situs keramat itu," kata presiden Pusat Seni Pertunjukan, Leslie Koch.

Namun virus corona menjadi ancaman yang mengkhawatirkan bagi lingkungan tersebut. "Orang-orang jauh lebih khawatir tentang seseorang yang batuk pada mereka daripada seseorang yang meledakkan sebuah gedung," kata kepala eksekutif startup Better.com yang berkantor di Ground Zero, Vishal Garg.

Pandemi virus corona telah menghentikan penyelesaian wilayah World Trade Center. Pusat seni pertunjukan sedang dibangun dan gedung pencakar langit keempat dan terakhir direncanakan berhenti sementara.

Setelah New York City mulai tutup sejak enam bulan lalu karena Covid-19, World Trade Center dan Distrik Keuangan yang dulu ramai sekarang sepi dari keramaian. "Ini sangat melankolis. Agak suram," kata pialang saham ritel yang sedang istirahat di dekat gedung itu, James Busse.

Selain itu, pasar real estat di New York yang jarang turun harga, kecuali setelah peristiwa seperti 9/11 atau resesi, kini kembali menghadapi hal sama. Ekonom dengan database real estate StreetEasy, Nancy Wu, menyatakan sewa di pusat kota Manhattan turun 1,4 persen persen hingga Juli, penurunan tahunan terbesar sejak 2010.

Pengembang Larry Silverstein harus kembali berhadapan dengan kemungkinan yang menyesakkannya setelah peristiwa serangan teroris ke Menara Kembar. Dia memperoleh sewa 99 tahun di Menara Kembar dari Otoritas Pelabuhan dengan 3,2 miliar dolar AS hanya enam pekan sebelum 9/11. Dia telah menghabiskan 19 tahun terakhir untuk membangun kembali wilayah itu.

Pada 2015, Silverstein memperkirakan seluruh situs akan dibangun kembali pada tahun 2020, tetapi itu berubah setelah penyewa utama yang direncanakan untuk 2 World Trade Center ditarik. "Hidup sangat tidak terduga," katanya.

Silverstein dan Libeskind melihat pandemi sebagai jeda sementara di pusat kota Manhattan. Prediksi penurunan setelah 9/11 terbukti salah, mereka menilai, New York terlalu tangguh.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement