Rabu 09 Sep 2020 22:23 WIB

Pandemi Jadi Momentum Menata Kawasan Ubud

Meminta pemerintah untuk memberikan perhatian khusus atas berbagai persoalan di Ubud

Desa Visesa atau Visesa Resort Hotel dan Villa merupakan destinasi wisata yang sedang hits di Ubud, Bali. Desa wisata ini mengintegrasikan kehidupan alam dan budaya lokal ke dalam pengalaman berwisata.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Desa Visesa atau Visesa Resort Hotel dan Villa merupakan destinasi wisata yang sedang hits di Ubud, Bali. Desa wisata ini mengintegrasikan kehidupan alam dan budaya lokal ke dalam pengalaman berwisata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Yayasan Bina Wisata Ubud, Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati, mengajak semua pihak untuk menjadikan momentum pandemi Covid-19 sebagai waktu tepat  untuk menata Ubud lebih baik bagi masa mendatang. Permintaan ini disampaikan karena Ubud telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan pariwisata di Bali maupun Indonesia.

“Hasil yang nyata, sekecil apapun penting untuk membuktikan keseriusan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di Ubud,” katanya di Ubud, Rabu (9/9).

Bayuputra menyampaikan hal tersebut saat berbincang dengan Koordinator Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, AAGN Ari Dwipayana yang melakukan kunjungan kerja ke Ubud.

Dalam kunjungan tersebut Ari Dwipayana bertemu dengan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ketua Bappeda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana  Ika Putra, Kepala Dinas PUPR Provinsi Bali Astawa Riadi dan Kepala Bappeda Kabupaten Gianyar I Gede Widarma Suharta.

Sebagai yayasan nirlaba yang sudah puluhan tahun menjaga kelestarian Ubud sebagai kawasan wisata, Bayuputra berharap pemerintah pusat dapat memberikan kontribusinya. “Kami meminta pemerintah dapat memberikan perhatian khusus atas berbagai persoalan yang terjadi. Ini mengingat besarnya kontribusi Ubud dalam pariwisata Bali dan Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu Tjokorda  menambahkan bahwa keberadaan Ubud sebagai episentrum pariwisata budaya Bali, saat ini memang membutuhkan perhatian yang serius. Karena itu  upaya-upaya untuk menata Ubud secara terintegrasi perlu terus dilakukan.

“Di sinilah diperlukan adanya kesamaan pandangan dalam melihat persoalan, dan kesepakatan untuk merumuskan solusi yang nyata,” katanya.

Manjawab keinginan tersebut, Ari Dwipayana sepakat agar dilakukan penataan terhadap kawasan Ubud. Ia menyatakan kesediaan untuk menjadi jembatan komunikasi antara berbagai pihak, agar apa yang menjadi persoalan dalam penataan kawasan Ubud dapat diselesaikan dengan baik.

“Penataan ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan dan menumbuhkan rasa aman bagi masyarakat sehingga mereka mau berkunjung kembali,” katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement