Senin 14 Sep 2020 15:24 WIB

BI DIY Prediksi Ekonomi Global Terkontraksi pada 2020

DI Yogyakarta telah memasuki resesi karena PDB turun hingga 6,74 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Friska Yolandha
Warga mengisi hari libur di Sungai Opak, kawasan ekowisata Sriharjo, Bantul, Yogyakarta, Ahad (13/9). DIY telah memasuki resesi ekonomi setelah nilai Produk Domestik Bruto (PDB) turun hingga 6,74 persen. Hal ini terjadi pada dua kuartal berturut-turut akibat pandemi Covid-19.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Warga mengisi hari libur di Sungai Opak, kawasan ekowisata Sriharjo, Bantul, Yogyakarta, Ahad (13/9). DIY telah memasuki resesi ekonomi setelah nilai Produk Domestik Bruto (PDB) turun hingga 6,74 persen. Hal ini terjadi pada dua kuartal berturut-turut akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Hilman Tisnawan memprediksi ekonomi global terkontraksi pada 2020 ini. Sehingga, diperkirakan ekonomi global pada kuartal III 2020 masih mengalami penurunan, termasuk Indonesia.

"Ekonomi global terkontraksi pada kuartal II 2020 dan diperkirakan masih menurun pada kuartal III 2020," kata Hilmawan dalam keterangan resminya, Senin (14/9).

Walaupun begitu, ia memperkirakan ekonomi dunia akan meningkat pada kuartal IV 2020. Tak terkecuali dengan Indonesia, khususnya DIY yang juga diperkirakan akan mengalami peningkatan.

"Hal ini didorong adanya dampak positif kebijakan yang ditempuh di banyak negara tahun 2020," ujarnya.

Ia mengatakan, di DIY sendiri telah memasuki resesi ekonomi setelah nilai Produk Domestik Bruto (PDB) turun hingga 6,74 persen. Hal ini terjadi pada dua kuartal berturut-turut akibat pandemi Covid-19.

"Daerah pariwisata seperti DIY dan Bali menjadi yang paling terdampak dari berhentinya aktivitas manusia akibat pandemi, Penurunannya hingga mencapai 6,74 persen. Namun demikian, sektor pertanian justru masih mampu bertumbuh," jelasnya.

Turunnya perekonomian di DIY ini menyebabkan inflasi yang rendah. Walaupun begitu, Hilman menyebut, inflasi ini berpotensi meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi.

"Tantangan inflasi di era pandemi adalah permintaan yang masih lemah. TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) perlu menjaga ekspektasi dan mendorong konsumsi, salah satunya dengan digitalisasi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement