Rabu 16 Sep 2020 07:45 WIB

Bagaimana Nabi Muhammad Dilindungi Saat Berdakwah?

Perlindungan Nabi Nuhammad dibagi tiga fase.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Bagaimana Nabi Muhammad Dilindungi Saat Berdakwah?. Foto:  Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Bagaimana Nabi Muhammad Dilindungi Saat Berdakwah?. Foto: Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Bahaya memang tidak bisa diduga datangnya. Marabahaya bisa mengintai dan mengenai siapapun manusia, termasuk Nabi Muhammad SAW. Lantas bagaimana Allah memberikan perlindungan kepada Nabi?

Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan, Allah menurunkan tiga fase perlindungan kepada Nabi Muhammad SAW. Yakni fase kelahiran hingga kanak-kanak, fase kanak-kanak hingga remaja, dan fase remaja hingga pengutusan beliau sebagai Nabi dan Rasul.

Baca Juga

Pada fase pertama, Allah SWT memberikan perlindungan kepada Nabi sejak di dalam kandungan. Beliau berada di dalam rahim wanita yang baik serta memiliki teladan yang mulia. Bahkan menjelang kelahirannya, Allah SWT memberikan perlindungan kepada Nabi melalui kakeknya, Abdul Muthallib, yang memberi makan orang-orang untuk menyambut cucunya tersebut.

Ketika Nabi dilahirkan dalam keadaan yatim pun, Allah SWT memberikan perlindungannya melalui warisan dari almarhum ayahnya berupa budak perempuan bernama Ummu Aiman dari Habasyah yang memiliki nama asli Barakah. Tak hanya itu, Nabi Muhammad juga diberikan perlindungan oleh Allah melalui harta peninggalan lainnya sang ayah.

Yakni lima ekor unta, sekelompok kambing, kedua bekas sahayanya Syaqran dan puteranya Shaleh.  Ketika Nabi lahir, Allah melindungi Nabi dengan limpahan kasih sayang yang datang melalui Abdul Muthalib dan pamannya yang berbudi pekerti, Abu Thalib. Kedua tokoh inilah yang memiliki andil besar dalam melindungi dakwah Nabi kelak.

Abdul Muthalib bahkan memerintahkan orang-orang untuk menyembelih kambing untuk menyambut cucunya yang telah lahir ke bumi. Pada dasarnya, kelahiran Rasulullah SAW di tengah-tengah keluarga terhormat hingga membentangkan jalan kepada beliau untuk menjadi pemimpin kaumnya kelak. Ini jugalah bukti perlindungan Allah kepada Nabi dalam garisan takdir.

Pada fase kedua, perlindungan Allah kepada Nabi hadir dengan terciptanya proses pemuliaan kepada orang-orang yang menyusui dan mengasuh Nabi. Para pengasuh tersebut mendapatkan imbalan puluhan ganda jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan yangseprofesi dengan mereka. 

Perlindungan Allah kepada Nabi pada masa ini sekaligus memberikan keberkahan kepada para pengasuh. Misalnya, Tsuaibah Al-Aslamiyyah yang menyusui Rasulullah dimerdekakan dalam perbudakannya oleh Abu Lahab, paman Nabi yang kelak paling menentang dakwah Nabi.

Begitupun dengan Halimah As-Sa’diyah yang juga menyusui Nabi, Allah melimpahkan kekayaan kepadanya karena keberkahan Rasulullah agar tiada seorang pun berjasa terhadap beliau. Banyak hal yang meliputi keberkahan Halimah, baik berupa harta maupun derajat sosialnya yang mulia karena Nabi ketika dewasa kerap menyebut-nyebut jasa beliau.

Adapun dua pengasuh Nabi semasa kecilnya yakni Fatimah binti Asad dan Barakah Al-Habasyiyah juga mendapatkan keberkahan dan kemuliaan yang menyelimuti. Kemudian dalam pengasuhan pamannya, Abu Thalib, Nabi juga mendapatkan perlindungan yang Allah titipkan.

Dalam Surah Ad-Dukhan ayat 6, Allah SWT berfirman: “Alam yajidka yatiman fa-awaa,”. Yang artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?”. Sehingga, jelaslah bagaimana Allah menyambung satu per satu perlindungan-Nya yang tak terputus kepada Nabi.

Pada fase ketiga, Allah memberikan perlindungan kepada Nabi untuk menjaganya dari hal-hal yang tidak elok, apalagi maksiat. Nabi dihindarkan—bahkan sejak dari pikiran—untuk tidak mempercayai tradisi jahiliyah masyarakat Arab. Nabi juga dijaga melalui akhlak mulia serta kejujurannya yang diakui seluruh masyarakat Arab kala itu.

Di sinilah, Nabi mulai menggembalakan kambing dan mulai mengenal dunia perdagangan yang luas. Perlindungan Allah kepada Nabi pun terus berlanjut dengan dihubungkannya Nabi melalui orang-orang baik yang beliau temui dan kenal. Hingga akhirnya Nabi berjumpa dengan Sayyidah Khadijah dan menikahinya.

Dan pada fase terakhir, Allah juga terus memberikan perlindungan kepada dakwah Nabi melalui berbagai aspek. Baik melalui sahabat-sahabanya, keluarganya, relasinya, bahkan musuhnya sendiri yang kemudian menjadi sahabat paling setia Nabi—Umar bin Khattab.

Jika menelisik peristiwa musibah yang menimpa Syekh Ali Jaber saat berdakwah, baru-baru ini, sesungguhnya Allah pun memberikan perlindungan kepada beliau. Berdasarkan keterangan Syekh Ali Jaber, ketika hendak ditikam dengan orang tak dikenal, tangan beliau refleks terangkat seperti orang hendak berdoa. Barangkali, melalui refleks itulah Allah memberikan perlindungan kepada beliau.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement