Kamis 17 Sep 2020 20:25 WIB

Studi: Vaksin Nanobody Dapat Netralkan Covid-19

Vaksin nanobody bisa diproduksi murah dengan skala besar.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Penelitian vaksin Covid-19 (ilustrasi). Sebuah penelitian menunjukkan, fragmen antibodi atau nanobody dapat menetralkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Penelitian vaksin Covid-19 (ilustrasi). Sebuah penelitian menunjukkan, fragmen antibodi atau nanobody dapat menetralkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menunjukkan, fragmen antibodi atau "nanobody" dapat menetralkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Para penulis juga mengatakan, nanobody bisa diproduksi dengan murah dan dalam skala besar, menjadikannya sebagai kandidat menjanjikan untuk mencegah meluasnya infeksi virus corona.

Ketika kasus Covid-19 terus meningkat, pencarian vaksin yang efektif untuk melawan penyakit pun terus berlanjut. Sebuah laporan belum lama ini memberikan hasil yang menggembirakan untuk kandidat vaksin yang sedang dikembangkan di Rusia, tetapi masih belum ada data yang menunjukkan vaksin apa yang dapat mencegah Covid-19.

Baca Juga

Butuh berbulan-bulan atau bertahun-tahun, sebelum vaksin bisa digunakan oleh masyarakat umum. Sementara itu, para ilmuwan sibuk mencari pengobatan yang efektif untuk mengurangi gejala atau bahkan lebih baiknya untuk mencegah infeksi terjadi.

Dalam sebuah studi baru yang terbit di jurnal Nature Communications, sekelompok peneliti dari Karolinska Institutet di Swedia menjelaskan tentang hal tersebut. Mereka menguraikan produksi fragmen antibodi yang mengikat kuat ke protein lonjakan SARS-CoV-2, kemudian menetralkan virus.

Mereka juga mengatakan fragmen dapat diproduksi dengan murah dan dalam skala besar,serta memiliki potensi yang baik sebagai agen antiviral terhadap virus corona. Nanobody, yang merupakan fragmen antibodi, berukuran kurang dari sepersepuluh dari ukuran antibodi normal. Meskipun jauh lebih kecil, nanobodi sama spesifik dan efektifnya dengan antibodi biasa.

Unta (keluarga hewan termasuk unta, llama, dan alpaka) secara alami menghasilkan nanobody. Dalam penelitian ini, nanobody berasal dari alpaka.

Untuk mendapatkan nanobody, para ilmuwan menyuntikkan alpaka dengan protein lonjakan (spike protein) virus corona pada Februari. Virus menggunakan protein lonjakan untuk memasuki sel, tetapi dengan sendirinya, itu tidak berbahaya bagi alpaka.

Setelah 60 hari, para peneliti mengambil sampel darah dari alpaka. Sampel darah menunjukkan sistem kekebalannya telah merespons lonjakan protein, dengan menghasilkan beberapa nanobody. Para peneliti pun menganalisis urutan nanobody ini untuk melihat apakah ada yang berpotensi menjadi pilihan pengobatan.

Dilansir Medical News Today, peneliti menemukan satu nanobody yang disebut Ty1, yang mengikat kuat ke bagian protein lonjakan virus corona yang biasanya mengikat reseptornya, ACE2. Sel dalam tubuh mengekspresikan ACE2, dan virus menggunakannya untuk mengakses dan menginfeksi sel. Ty1 menghentikan interaksi antara protein lonjakan dan reseptor ACE2, sehingga dapat secara efektif mencegah infeksi.

"Dengan menggunakan mikroskop elektron-cryo, kami dapat melihat bagaimana nanobody mengikat lonjakan virus di epitop yang tumpang tindih dengan tempat pengikatan ACE2 reseptor seluler. Ini memberikan pemahaman struktural untuk aktivitas netralisasi yang kuat," jelas salah seorang penulis studi utama, Dr Leo Hanke.

Para ilmuwan menyarankan, jika pengembangan lebih lanjut berhasil, dimungkinkan untuk menggunakan nanobody dalam mencegah infeksi pada mereka yang memiliki risiko tertinggi Covid-19. Ini juga dapat digunakan dalam skala yang lebih besar agar semua bisa kembali bekerja, sekolah, dan mengerjakan kegiatan lain.

Para penulis mengeklaim, penggunaan nanobody secara luas seperti itu layak dicoba, karena produsen dapat memproduksinya dengan murah dan dalam skala besar. Ini karena nanobody lebih kecil dan lebih mudah dibuat daripada antibodi biasa, serta bakteri dapat mengembangkannya dalam jumlah besar.

Ilmuwan juga dapat membuat nanobody aman untuk digunakan pada manusia dengan menggunakan metode yang ada. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nanobody dapat membantu mencegah infeksi pernapasan.

Tim saat ini sedang menjajaki strategi untuk meningkatkan potensi nanobody dan merencanakan studi praklinis pada hewan, untuk menilai apakah vaksin nanobody dapat membantu mencegah Covid-19 atau tidak. Para peneliti juga telah membuat urutan nanobody tersedia gratis secara online, untuk memfasilitasi upaya penelitian kolaboratif dan memungkinkan produksi yang cepat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement