REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Gelaran festival seni multatuli di Museum Multatuli Lebak, Banten tahun ini tidak digelar meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Festival yang awalnya direncanakan digelar secara daring karena pandemi covid-19 juga urung dilakukan.
Seperti diketahui, Festival Seni Multatuli merupakan agenda tahunan yang menjadi andalan kegiatan pariwisata di Kabupaten Lebak. Momen festival ini banyak menyedot perhatian wisatawan luar daerah hingga mancanegara karena berbagai agenda seni dan acara peringatan semangat Multatuli dalam novel Max Havelaar.
Kepala Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar mengungkapkan pada awal masa pandemi pihaknya berencana menggelar kegiatan ini melalui daring. Namun rencana ini batal dilakukan dan rencananya diganti dengan pelatihan alat musik asli Lebak, angklung buhun.
"Kita sedang upayakan kegiatan penunjang festival dengan pelatihan angklung buhun secara daring yang kita masih tunggu kepastiannya dari Kemendikbud minggu-minggu ini. Nama programnya BBM atau belajar bersama maestro angklung buhun," jelas Ubaidillah Muchtar, Kamis (17/9).
Ubaidillah menyebut berbagai agenda sebenarnya sudah disiapkan untuk festival di tahun ini mulai dari mengundang anak-cucu pengarang novel Max Havelaar, Eduard Douwes Dekker hingga menggelar berbagai kegiatan kompetisi seni. "Kegiatan offline-nya tidak ada karena ada pendemi ini, mudah-mudahan tahun depan digelar lagi" ujarnya.
Pelatihan alat musik tradisional Lebak sebagai pengganti festival ini disebutnya akan digelar dengan melibatkan puluhan pemuda pilihan dari berbagai daerah di Lebak. Puluhan pemuda yang telah dilatih ini nantinya dilatih selama tiga bulan untuk bisa tampil saat festival tahun depan.
"Angklung buhun ini kan beda dengan angklung yang ada di Jawa Barat, pesertanya akan kita ambil dari para pemuda usia 20 sampai 40 tahun dari setiap kecamatan. Dilatih dari September, Oktober, November agar bisa tampil di festival tahun depan," ujarnya.
Selain festival yang dialihkan menjadi kegiatan daring, Ubai menjelaskan saat ini kunjungan ke Museum Multatuli juga diarahkan agar dilakukan secara daring atau virtual. Kendari demikian, pengunjung tetap bisa mengunjungi museum kebanggan masyarakat Lebak ini meski dengan berbagai pembatasan.
"Pengunjung kami dorong untuk melakukan kunjungan secara daring atau virtual yang sudah kita launching sejak 17 Agustus kemarin. Tapi museum tetap bisa dikunjung secara offline dengan pengurangan jam operasional dari jam 09.00 WIB sampai 15.00 WIB," ujarnya.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Destinasi Dinas Pariwisata Lebak, Luli Agustina mengatakan saat ini Pemkab Lebak sedang menerapkan Peraturan Bupati (Perbup) nomer 28 Tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Berbagai kegiatan yang mengundnag kerumunan dibatasi meskipun destinasi wisata di Lebak saat ini memang masih dibuka.
"Aktivitas wisata saat ini masih dibuka, destinasi juga tidak ada yang ditutup seperti awal pandemi. Hanya memang ada pembatasan sesuai Perbup untuk kegiatan wisata sesuai dengan tindak lanjut Perbup 28 ," ujarnya.
Luli menyebut, September ini merupakan masa penerapan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan bagi masyarakat Lebak yang juga diterapkan di destinasi wisata. Hingga kini, ia menilai destinasi wisata unggulan mulai dari Museum Multatuli hingga pemukiman adat Baduy sudah menerapkan protokol kesehatan.
"Evaluasi di destinasi wisata yang kita lihat mayoritas masing-masing destinasi karena mereka juga paham tentang bahaya covid-19 jadi mereka menerapkan protokol. Sampai destinasi di pedesaan karena mereka melihat banyak referensi dari wisata lain jadi juga melaksanakan protokol itu," katanya.