Rabu 23 Sep 2020 04:55 WIB

Fidhah Nubiah, Budak Setia Keluarga Rasulullah

Fidhah tidak banyak menuntut pada keluarga Rasulullah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Fidhah Nubiah, Budak Setia Keluarga Rasulullah Ilustrasi Muslimah.
Foto: Foto : MgRol100
Fidhah Nubiah, Budak Setia Keluarga Rasulullah Ilustrasi Muslimah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fidhah an-Nubiah merupakan budak perempuan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW. Dia adalah salah seorang perempuan yang cerdas, jujur, dan terkenal dengan keutamaannya.

Syekh Abu Malik Muhammad bin Hamid dalam bukunya 150 Perempuan Shalilhah Teladan Muslim Sepanjang Masa bahwa Abu Abbas, berkata pada suatu ketika Hasan dan Husain sedang sakit, Rasulullah SAW menjenguknya. Hampir semua orang yang menjenguk mereka berdua berkata, "Wahai Abu Hasan apa engkau hendak belajar terkait dengan anakmu?"

Baca Juga

Ali berkata, "Jika keduanya sembuh, aku akan berpuasa selama tiga hari sebagai bentuk rasa syukurku."

Mendengar per‎kataan Ali, Fatimah istrinya berkata. "Aku juga demikian (akan puasa)," katanya.

Rencana akan puasa itu juga diikuti Fidhah yang merupakan pengasuh Hasan dan Husain.  "Jika kedua tuanku ini sembuh, aku akan berpuasa sebagai bentuk rasa syukurku," katanya.

Akhirnya Hasan dan Husain sembuh. Berbarengan dengan kesembuhan Hasan dan Husain di rumah Fatimah tidak ada sedikit pun bahan makan yang bisa dihidangkan. Mengetahui hal itu, kemudian Ali pergi ke Syam'un untuk menggadaikan barangnya untuk dapat ditukar dengan sha' gandum.‎

Setelah Ali mendapatkan sha' gandum, Fatimah mengambil dan lalu menumbuknya untuk dibuat menjadi roti supaya bisa dimakan oleh Hasan dan Husain. Setelah selesai mengolah gandum menjadi roti, sebelum menghidangkannya, Fatimah telebih dahulu menunaikan sholat berjamaah bersama ayahnya, Rasulullah SAW.

Setelah selesai sholat berjamaah, Fatimah kemudian menghidangkan makanan. Namun entah darimana tiba-tiba orang yang berpakaian lusuh sudah berdiri di depan pintu.

Orang berpakaian lusuh itu berkata, "Assalamualaikum, wahai ahlu biat Muhammad, berikanlah saya maka, niscaya Allah akan memberikan makanan dari hidangan surga kepada kalian!"

Mendengarkan perkataan itu, Ali memerintahkan kepada mereka untuk memberikan makanan tersebut kepada orang lusuh itu. Dengan demikian, keluarga Rasulullah tidak makan dan hanya minum.

Pada hari kedua, Fatimah membuat roti satu sha' dari gandum tersebut, Ali sedang sholat bersama Rasulullah. Setelah makanan tersebut tersedia kemudian, datanglah anak yatim‎ yang tiba-tiba ada di depan pintu rumah mereka.

Anak yatim itu berkata, "Assalamualaikum, wahai ahlu bait Muhammad, seorang anak yatim, anak kaum Muhajirin, berdiri di pintu, orang tuaku mati syahid. Oleh sebab itu, berikan aku makan."

‎Di sini kesetian dan ketulusan Fidhah an-Nubiah kembali diuji, ketika pada keluarga Rasulullah SWA tidak ada sedikit pun makanan yang bisa diolah dijadikan makanan, Fidhah pun sabar. Mengalami hal itu Fidhah tidak banyak menuntut.

Hari ketiga, Fatimah membuat roti dari satu sha' yang merupakan sisa dari hari satu dan dua. Ketika Ali‎ sedang sholat bersama Rasulullah SAW, setelah makanan tersebut dihidangkan datang lagi seorang tawanan, dia berkata, "Assalamulaikum, wahai ahlu bait Muhammad, kalian menawan kami, membebani kami, dan kami tidak diberi makan.Oleh sebab itu, berikanlah kami makanan kerena aku adalah seorang tawanan."

Mereka pun kembali memberikan makanan kepada tawanan tersebut. Sehingga tiga hari tiga malam mereka tidak makan, termasuk Fidhah.

Kemudian, datanglah Rasulullah SAW, dan melihat keadaan mereka yang sedang kelaparan. Maka turunlah Surah al-Insan ayat 1-9.

Hal ini sudah jelas budak perempuan bernama Fidhah juga merelakan dirinya untuk menahan lapar bersama tuannya. Untuk itu Fidhah mendapatkan kemuliaan kerena tetap melayani keluarga Rasulullah SAW sampai ajal menjemput.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement