REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jembatan menjadi sarana penting untuk mendistribusikan banyak hal di masyarakat. Hanya saja, sarana ini acap mengalami kerusakan sehingga membahayakan keselamatan.
Untuk mengurangi potensi robohnya jembatan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuat alat pengukur bending. Atau, pembengkokan pada jembatan yang mampu menampilkan kondisi jembatan yang masih layak atau tidak.
"Data kondisi ini didapat dari hasil pengukuran display secara otomatis pada smartphone," kata Ketua kelompok, Gigih Dwi.
Jembatan akan dilengkapi sensor strain gauge untuk mengukur bending. Hasil pengukuran akan diolah oleh sistem mikrokontroler menggunakan Arduino Uno Atmega 328. Kemudian ditampilkan pada aplikasi berbasis mobile android.
Sensor strain gauge merupakan komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan (deformasi atau strain). Alat ini berbentuk foil logam atau kawat logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang ditempel pada benda yang akan diukur tekanannya. "Dan tekanan berasal dari pembebanan," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/9).
Jika tekanan pada benda berubah, maka foil atau kawat akan terdeformasi. Lalu tahanan listrik alat ini akan berubah dan dimasukkan ke dalam rangkaian jembatan Whetstone. Dari sini, akan diketahui jumlah besar tahanan.
Rancangan alat ini tak dikerjakan Gigih sendirian. Ia bersama kedua kawannya dari Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik UMM, yakni Priyo Beni Santoso dan Ilham Dwi Cahyo. Mereka mendaftarkan rancangan alat ini di Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC).
Karya yang dibimbing dosen Budiono ini berhasil memperoleh pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI). Karya ini merupakan salah satu karya dari 55 proposal UMM yang didanai.