REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES - Proud Boys dikenal sebagai organisasi ekstrem kanan yang menggunakan kekerasan. Anggotanya sering mendapatkan hukuman penjara akibat dari perkelahian.
Kelompok yang didirikan pendiri Vice Media dan aktivis sayap kanan Kanada-Inggris Gavin McInnes ini memiliki serangkaian laporan buruk dalam kekerasan. Bahkan pendirinya sendiri dengan terang-terangan melakukan dan mendukung hal tersebut.
Dalam laporan terbaru, satu anggota Proud Boys bernama Alan Swinney didakwa pada 11 September karena diduga menyemprotkan, menyebabkan cedera fisik dengan pistol paintball, dan menodongkan pistol selama demonstrasi anti-rasisme di Portland, Oregano pada 15 Agustus dan 22 Agustus. Dia akhirnya ditangkap oleh pihak keamanan pada Rabu (30/9) pagi.
Proud Boys menarik perhatian media pada akhir 2018 setelah konfrontasi kekerasan dengan pengunjuk rasa sayap kiri di New York City. Kemudian mereka pun kembali menjadi sorotan selama protes anti-diskriminasi dalam beberapa bulan terakhir.
Kelompok tersebut telah bentrok dengan gerakan Black Lives Matter dan demonstran Antifa di Portland dan kota-kota lain dalam beberapa bulan terakhir. Pada aksi unjuk rasa, para anggota sering kali mengenakan kemeja polo hitam dan kuning, mengenakan pelindung tubuh, dan membawa senjata termasuk senjata api, senjata paintball, dan tongkat baseball.
Unjuk rasa terbaru yang dilakukan Proud Boys di Portland pada 26 September menggugat demonstrasi anti-rasisme yang sering terjadi. Gubernur Demokrat Oregon, Kate Brown, sebelum unjuk rasa itu telah mengumumkan keadaan darurat akhir pekan untuk kota itu, dengan alasan risiko gangguan sipil yang mengancam cedera atau korban jiwa.
Unjuk rasa yang menarik ratusan pendukung Proud Boys akhirnya berlangsung damai. Namun, polisi dan pengunjuk rasa sayap kiri kemudian bentrok di pusat kota Portland.
"Mari kita perjelas: Proud Boys adalah supremasi kulit putih. Rasisme dan kebencian bukanlah bentuk patriotisme," ujar Brown melali Twitter pada Rabu.
Dalam penampakan terbaru, Proud Boys ambil bagian dalam merayakan pernyataan Presiden AS, Donald Trump, dalam debat pertama pemilihan presiden. Selama debat bersama calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, pada Selasa (29/9), Trump ditanya apakah dia bersedia mengecam "supremasi kulit putih dan kelompok milisi".
Moderator debat Chris Wallace meminta Trump agar mereka mundur di tengah kekerasan yang telah menodai protes anti-rasisme di beberapa kota AS. Trump pun meminta nama dan Biden memberikan Proud Boys.
"Proud Boys, mundur dan tunggulah," kata Trump. Meski demikian sehari kemudian dia meralat dengan menyatakan tidak tahu kelompok tersebut dan meminta penegak hukum untuk bekerja.
Dikutip dari NBCNews, kelompok yang disinggung itu langsung bersuara ketika Trump menyebut nama dan mendukung mereka. Melalui akun media sosial, mereka mengatakan berdiri di sampingnya dan bersiap. Satu akun media sosial grup tersebut membuat bagian kalimat "Stand back. Stand by" yang menjadi frasa di logo barunya.
Selain itu, akun Proud Boys di aplikasi Telegram tampaknya menganggap pernyataan Trump sebagai perintah berbaris. "Berdiri dan bersiap di dekat Pak," tulis akun itu.