REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mata uang aman atau safe-haven dolar AS dan yen menguat pada akhir perdagangan Jumat (2/10) atau Sabtu (3/10) pagi WIB), setelah Presiden Donald Trump dinyatakan positif Covid-19. Kabar tersebut mengguncang investor hanya sebulan sebelum pemilihan presiden AS pada November.
Pada perdagangan sore hari, pasar telah tenang, dengan dolar AS dan yen masih naik tetapi bergerak dalam kisaran yang sempit. Data yang menunjukkan penggajian non-pertanian AS naik kurang dari yang diharapkan pada September, tetapi dengan penurunan tingkat pengangguran, berdampak kecil pada mata uang, karena pasar berfokus pada kesehatan Trump.
Trump, yang telah meremehkan ancaman pandemi virus corona selama berbulan-bulan, mengatakan dia dan istrinya Melania telah dites positif Covid-19 dan akan menjalani karantina, meningkatkan persaingan untuk Gedung Putih.
Berita itu memicu beberapa penjualan di Wall Street, sementara harga obligasi pemerintah AS lebih rendah setelah menguat di awal sesi.
Yen mengalami kenaikan tertajam dalam lebih dari satu bulan, mencapai tertinggi satu minggu di 104,95 terhadap dolar AS, kemudian stabil. Greenback berakhir turun 0,2 persen pada 105,365 yen.
Mike Schumacher, ahli strategi makro senior di Wells Fargo Securities di New York, mengatakan diagnosis Covid Trump menambah lapisan ketidakpastian pada musim pemilihan yang sudah bergejolak, tetapi reaksi tajam pasar dari awal sesi global telah sedikit memudar.
"Anda dapat mengambil satu pandangan dan mengatakan bahwa ... ini dapat membatasi jumlah berita politik selama bulan depan," kata Schumacher. “Trump tidak dapat benar-benar berkampanye dan jika Biden juga memilih untuk melakukan lebih sedikit, Anda mungkin mendapatkan berita yang sangat terbatas. Itu bisa mengurangi volatilitas."
Berita bahwa kesepakatan maskapai penerbangan AS senilai 25 miliar dolar AS akan 'segera terjadi', menurut Ketua DPR Nancy Pelosi, juga agak mengurangi beberapa tekanan pada aset-aset berisiko, kata beberapa analis. Pelosi pada Jumat (2/10) meminta maskapai penerbangan untuk menangguhkan merumahkan dan PHK karyawan.
Mata uang yang dipandang sebagai taruhan berisiko jatuh secara menyeluruh, dengan jatuhnya harga minyak juga menekan rubel Rusia yang terpapar komoditas, rand Afrika Selatan dan dolar Australia.
Data yang menunjukkan perlambatan lapangan pekerjaan AS memiliki dampak marjinal terhadap mata uang, tetapi itu menggarisbawahi tantangan yang dihadapi ekonomi saat mencoba keluar dari resesi.
Dalam laporan ketenagakerjaan bulanan terakhir sebelum pemilihan presiden 3 November, Departemen Tenaga Kerja mengatakan penggajian non pertanian meningkat 661.000 pekerjaan bulan lalu setelah naik 1,489 juta pada Agustus. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 850.000 pekerjaan untuk September.
“Tampaknya rebound pekerjaan terbaik juga sudah di belakang kami, meninggalkan celah menganga di pasar tenaga kerja - di mana hampir lebih dari setengah dari 22 juta kehilangan lapangan kerja kini telah pulih,” kata Dave Rosenberg, kepala ekonom dan ahli strategi di Rosenberg Research
Dalam perdagangan sore, dolar menguat 0,1 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama menjadi 93,823, tetapi masih turun 0,8 persen untuk minggu ini, penurunan mingguan terbesar sejak akhir Agustus.
Euro melemah 0,3 persen terhadap dolar menjadi 1,1718 dolar AS.