REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan pemerintah tengah mematangkan proses vaksinasi yang rencananya dilakukan pada akhir 2020 atau awal 2021. Honesti menyampaikan kebutuhan vaksin Indonesia mencapai 340 juta dosis vaksin pada tahun depan.
Vaksinasi akan diberikan kepada 170 juta masyarakat Indonesia yang mana satu orang akan mendapat dua suntik dosis. Honesti mengaku belum dapat mengungkapkan besaran harga vaksin hasil kerja sama dengan perusahaan Cina, Sinovac. "Belum semua produsen menyebut biaya pasti, masih mungkin berubah. Kami berharap untuk dengan Sinovac harganya bisa kita tekan maksimum Rp 200 ribu per dosis atau 400 ribu per dua dosis," ujar Honesti saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (5/10).
Honesti menyebut keputusan harga vaksin dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Holding BUMN farmasi, kata Honesti, menanti penugasan dari pemerintah terkait pengadaan vaksin. "Penentuan budget dilakukan Kemenkes lalu ada penugasan ke kami untuk menyediakan vaksin," kata Honesti.
Sejauh ini, holding BUMN farmasi telah menggandeng perusahaan asal Cina, Sinovac dan UEA, G42, dalam pengadaan bahan baku vaksin covid-19. Honesti menyampaikan Sinovac telah berkomitmen menyediakan 15 juta dosis pasa November dan Desember 2020, 35 juta dosis pada Januari hingga Maret 2021, dan 210 juta dosis pada April hingga Desember 2021.
Proses produksi vaksin, kata dia, akan mulai dilakukan setelah uji klinis tahap III yang dilalukan di Bandung selesai. Honesti menyebut hasil uji klinis tahap III kepada relawan hingga saat ini berjalan lancar dan tidak menimbulkan indikasi apapun. "Insya Allah akhir Januari atau awal Februari (2021) kita sudah bisa melakukan progam vaksinasi," kata Honesti menambahkan.