Senin 05 Oct 2020 18:52 WIB

IPB Berkomitmen Tingkatkan Kualitas Green Campus

Indikator utamanya adalah produksi karbon yang rendah di lingkungan kampus.

Kampus IPB University, Bogor.
Foto: ANTARA
Kampus IPB University, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- IPB University telah sejak lama mencanangkan untuk menjadi kampus hijau (green campus). Komitmen ini tertuang dalam Surat Keputusan Rektor Nomor 205/IT3/LK/2015 tentang Pelaksanaan Green Campus 2020.

Oleh karena itu, Badan Ekesekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University  menggelar diskusi secara daring membahas implementasi green campus tersebut pada Sabtu   (3/10).

Sekretaris Institut IPB University sebagai ketua Tim Implementasi Green Campus, Dr Aceng Hidayat menyebutkan bahwa green campus merupakan media mewujudkan kampus berkelanjutan dan gaya hidup ramah lingkungan. Tujuan tersebut tidak akan  tercapai apabila tidak ada kerja  sama dari semua warga di lingkungan kampus dalam melaksanakan program green campus.

“Penilaian berkelanjutan dilakukan setiap tahunnya berdasarkan pemeringkatan UI Green Metric yang telah dikenal secara internasional.  Dalam penilaian kampus hijau harus memenuhi beberapa indikator.  Indikator utamanya adalah produksi karbon yang rendah di lingkungan kampus, " jelasnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menjelaskan, indikator low carbon dapat dicapai dengan mempraktikkan sustainable living di lingkungan kampus. Misalnya, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda, hemat energi dan lain-lain.

Ia menambahkan, tidak hanya dipraktikkan di dalam kampus, warga kampus diharapkan bisa menggandeng masyarakat sekitar kampus untuk berperilaku ramah lingkungan. Karena sinergi keduanya sangat penting dalam mewujudkan kampus berkelanjutan yang nyaman, produktif, dan inspiratif.

“Apabila green campus ini sudah bisa diterapkan di dalam kampus, maka kita pun perlu menyebarkan ke luar kampus, paling tidak Desa Babakan sebagai desa terdekat dan sebagian besar mahasiswa IPB University tinggal di dalamnya harus menjadi garapan kampus,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, selama pandemi, program green campus tetap diterapkan, misalnya program Linking to Learning on Campus. Program ini adalah program yang mewajibkan dosen untuk menyampaikan mengenai Green Campus dan Sustainable Living pada mahasiswanya selama satu menit, sebelum dan setelah kegiatan belajar mengajar dilakukan.

“Bukan hanya sebatas menyampaikan, bahwa hal tersebut merupakan komitmen untuk melaksanakan green campus demi terwujudnya kampus berkelanjutan yang kita mimpikan,” ujarnya.

Berdasarkan penilaian UI Green Metric tahun 2019, IPB University masih perlu peningkatan poin pada kriteria energy and climate change, wáter dan waste. Walaupun secara keseluruhan IPB University menempati peringkat 2 di Indonesia dan peringkat 40 di dunia sebagai kampus berkelanjutan.

Dr Aceng mengatakan green transportation mengalami penurunan dan pengelolaan sampah belum maksimal, terutama untuk limbah cair. Potensi penurunan poin pada kriteria transportasi kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik tidak berfungsi lagi. Pun tidak ada pembatasan akses kendaraan masuk dan pembatasan parkir. Penerapan tarif ijin melintas hanya diterapkan bagi kendaraan bukan warga IPB.

"Pengelolaan sampah padat belum maksimal dikarenakan sampah belum terpilah dari sumbernya. Masih sering ditemukan sampah bercampur tidak terpisah sesuai kriteria. Padahal bak sampah, penampungan sementara, kendaraan pengangkut sampai alat proses di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah siap. Inilah tantangan terberat mengedukasi warga agar sadar memilah sampah, " ungkap Dr Aceng.

Sehingga,  saat ini menurutnya, target yang diutamakan adalah mengedukasi mahasiswa baru IPB University di asrama mengenai pengolahan sampah.  "Ke depan yang harus dilakukan adalah mengedukasi warga kampus baik itu dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan serta para stakeholder lain. Stakeholder pendidikan bagaimana mereka bisa bersama-sama melakukan perubahan cara berpikir, cara pandang bahwa sampah akan terolah jika sampah itu sudah terpilah. Ini merupakan gerakan moral yang memerlukan ketahanan, kesabaran dan upaya kita bersama,” pungkasnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement