REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut melakukan antisipasi munculnya klaster Covid-19 di lingkungan pesantren. Sejumlah pimpinan pesantren di Kabupaten Garut telah dikumpulkan untuk diingatkan agar penerapan protokol kesehatan di lingkungan mereka tetap dilakukan dengan ketat.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan, pihaknya telah memanggil pimpinan pesantren yang telah melakukan kegiatan belajar. Sebab, belum semua pesantren di Kabupaten Garut melakukan aktivitas.
Pesantren yang telah beraktivitas diminta tetap waspada dan terus menerapkan protokol kesehatan."Kita minta agar mereka (pimpinan pesantren) tetap melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 di pesantren," kata dia, Rabu (7/10).
Helmi tak menyangkal di beberapa daerah telah muncul klaster Covid-19 di lingkungan pesantren. Namun, ia memastikan, hingga saat ini belum ada laporan kasus terkonfirmasi Covid-19 dari pesantren di Kabupaten Garut.
Kendati demikian, ia menambahkan, pihaknya juga akan terus melakukan pelacakan (tracking), penelusuran (tracing), dan pengujian (testing), kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Garut, termasuk di lingkungan pesantren. Dengan cara itu, penanganan dapat dilakukan dengan cepat ketika ada kasus. "Jangan sampai sudah banyak, baru ketahuan," kata dia.
Menurut dia, Pemkab Garut juga akan menambah satu unit alat pemeriksaan untuk uji usap (swab test). Dengan penambahan alat itu, kapasitas pemeriksaan sampel akan semakin banyak.
"Mudah-mudahan kapasitas pemeriksaan bisa bertambah jadi 500 sampel per hari. Sekarang kapasitas masih 300 per hari," kata dia.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut hingga Rabu malam, total kasus terkonfirmasi positif berjumlah 276 kasus. Sebanyak 206 orang telah dinyatakan sembuh, 11 orang masih melakukan isolasi mandiri, 46 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 13 orang meninggal dunia.